Capres Kolombia Miguel Uribe Mulai Stabil Usai Ditembak, Tapi Masih Kritis

BOGOTA — Kondisi Miguel Uribe, calon presiden Kolombia yang menjadi korban penembakan saat berkampanye, menunjukkan tanda-tanda perbaikan. Meski demikian, pihak rumah sakit menyatakan Uribe masih dalam kondisi kritis namun stabil, terutama terkait fungsi neurologisnya.
“Telah terjadi perbaikan neurologis,” demikian keterangan resmi Klinik Santa Fe di Bogota, Rabu (11/6/2025), dikutip dari AFP.
Rumah sakit juga menyebut bahwa aliran darah Uribe mulai stabil, meskipun ia masih dalam penanganan intensif setelah mengalami luka tembak serius.
Uribe, seorang senator konservatif berusia 39 tahun, ditembak dua kali di kepala dan satu kali di kaki saat menyampaikan pidato kampanye di sebuah taman umum di Bogota pada Sabtu (7/6/2025). P
Penembakan ini dilakukan oleh seorang remaja laki-laki berusia 15 tahun, yang kini tengah ditahan di pusat rehabilitasi anak dan menghadapi dakwaan percobaan pembunuhan.
“Miguel masih berjuang untuk hidup,” kata istrinya, Maria Claudia Tarazona, sehari sebelumnya, Selasa (10/6/2025).
Pelaku mengaku tidak bersalah saat disidang, namun pemerintah mencurigai adanya keterlibatan jaringan pembunuh bayaran, meskipun hingga kini dalang di balik serangan tersebut belum diketahui.
Presiden Kolombia Gustavo Petro menyampaikan bahwa kemungkinan serangan terhadap Uribe berasal dari kelompok kriminal transnasional atau kelompok pembangkang FARC, gerilyawan kiri yang menolak kesepakatan damai 2016.
Uribe dikenal sebagai kritikus vokal pemerintahan Petro, dan mencalonkan diri dalam pemilu presiden 2026 sejak Oktober tahun lalu. Ia merupakan anggota Partai Pusat Demokratik, yang didirikan oleh mantan presiden sayap kanan, Alvaro Uribe (tanpa hubungan keluarga).
Miguel Uribe adalah cucu dari mantan Presiden Kolombia Julio Cesar Turbay (1978–1982) dan anak dari jurnalis Diana Turbay, yang tewas dalam penyanderaan oleh Kartel Medellin pimpinan Pablo Escobar.
Dalam waktu berdekatan, Kolombia juga diguncang serangkaian 24 serangan bersenjata dan bom yang terjadi secara terkoordinasi di wilayah barat daya pada Selasa (10/6/2025). Sedikitnya tujuh orang tewas dalam insiden yang menunjukkan memburuknya situasi keamanan nasional.
Pemerintah menuding kelompok bersenjata pembangkang FARC sebagai pelaku dan tengah melanjutkan operasi militer besar-besaran di wilayah konflik. []
Nur Quratul Nabila A