China Ancam Lawan hingga Akhir Jika AS Lanjutkan Perang Dagang

BEIJING Pemerintah China menyatakan tidak menginginkan terjadinya perang tarif dan perdagangan, namun siap menghadapi segala konsekuensinya jika Amerika Serikat (AS) tetap memaksakan kebijakan sepihak. Hal ini disampaikan oleh Juru Bicara Kementerian Luar Negeri China, Lin Jian, dalam taklimat pers pada Kamis (10/4/2025).

Pernyataan Lin muncul menyusul ancaman terbaru dari Presiden AS Donald Trump yang berencana memberlakukan tarif tambahan terhadap sejumlah produk impor asal China. Ancaman tersebut dinilai sebagai langkah intimidatif yang dapat memperkeruh hubungan ekonomi kedua negara.

“China tidak pernah berniat memulai perang dagang. Namun jika AS bersikeras, maka kami akan melawan hingga akhir,” tegas Lin dalam konferensi pers yang disiarkan secara nasional.

Menurut Lin, respons tegas China bukan hanya demi melindungi kepentingan nasional dalam bidang ekonomi dan pembangunan, tetapi juga sebagai upaya menjaga keadilan dalam sistem perdagangan global.

“Langkah balasan ini adalah bentuk pembelaan terhadap kejujuran internasional, perlindungan terhadap sistem perdagangan multilateral, dan upaya untuk menjaga kepentingan bersama masyarakat internasional,” jelasnya.

Ia menyebut bahwa tindakan sepihak AS kian menunjukkan watak hegemoniknya dan akan berujung pada kegagalan. “Sebuah perjuangan yang adil akan mendapatkan banyak dukungan,” tambahnya.

China menuding Washington menempatkan kepentingannya sendiri di atas prinsip-prinsip perdagangan global yang adil. Tindakan seperti ini, menurut Lin, telah menimbulkan ketidakpuasan yang meluas dari berbagai negara.

“Kami tidak akan tinggal diam saat hak-hak rakyat kami dilanggar dan sistem perdagangan internasional dirusak. Dunia tengah menyaksikan, dan masyarakat internasional tidak akan membiarkan tindakan semena-mena terus berlanjut,” ucap Lin dengan nada keras.

Perang dagang antara dua kekuatan ekonomi dunia ini telah menimbulkan keresahan di kalangan pelaku bisnis dan pemerhati perdagangan global. Peningkatan tensi dinilai dapat mengguncang stabilitas ekonomi internasional, terutama di tengah ketidakpastian pemulihan pasca-pandemi.

Meski demikian, belum ada tanda-tanda bahwa kedua pihak akan segera duduk kembali di meja perundingan. China mengindikasikan bahwa segala opsi akan terbuka jika AS tidak mengubah pendekatannya. []

Nur Quratul Nabila A

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *