Cinta Kuya Ungkap Luka Perundungan Sejak Kecil, Kini Lebih Percaya Diri Setelah Studi di AS

JAKARTA — Cinta Kuya, anak pertama dari pasangan Uya Kuya dan Astrid Kuya, telah mengungkapkan luka lama akibat perundungan yang ia alami sejak kecil. Dalam sebuah acara di Trans TV, ibunya, Astrid, mengungkapkan bahwa Cinta sering menjadi korban bullying, terutama di masa sekolahnya, karena izin khusus yang diberikan kepadanya untuk bekerja sebagai artis cilik.
“Dari kecil, dia sering terluka karena omongan orang. Dia di sekolah dapat perlakuan (bully) dari teman-temannya yang mungkin iri karena dia bisa izin untuk syuting,” kata Astrid dalam acara Rumpi No Secret yang ditayangkan pada Senin (5/5/2025).
Fakta ini baru terungkap oleh Cinta saat usianya menginjak 19 hingga 20 tahun, melalui percakapan mendalam dengan ibunya. Namun, perundungan yang dialami Cinta tidak berhenti di masa sekolah. Setelah dewasa, ia masih sering menerima komentar negatif dari netizen yang mencemooh penampilannya, bahkan membandingkannya dengan anak-anak artis lain.
“Dikatain kok aura maghrib, rambut nggak pernah disisir,” ungkap Astrid.
Astrid menambahkan, “Pasti kesal, anak disakiti, orang tua pasti merasa sakit 10 kali lipat.”
Meski demikian, Astrid selalu mengajarkan Cinta dan kakaknya, Nino, untuk tetap kuat dan berani menghadapi hidup.
“Apapun masalah yang dihadapi, terluka ya terluka, tapi you need to stand up,” tuturnya.
Kini, Cinta melanjutkan studinya di Amerika Serikat, dan Astrid mengakui adanya perubahan besar dalam diri anaknya. Cinta kini lebih percaya diri, terbuka, dan berani menyuarakan pendapatnya, termasuk mengenai masalah perundungan.
“Aku akui perubahan Cinta itu ketika pindah ke Amerika. Dia berteman dengan orang yang lebih open-minded, bahkan pacarnya juga sangat encourage dia,” jelas Astrid.
Cinta kini aktif dengan hobinya, seperti berselancar, dan tidak lagi merasa insecure dengan penampilannya. Ia juga mulai berbicara mengenai dampak psikologis dari bullying, sesuai dengan bidang studi psikologinya.
“Dia nggak mau balas dendam. Dia hanya ingin orang-orang sadar, kata-kata itu bisa menyakiti,” tutup Astrid. []
Nur Quratul Nabila A