Debat Panas Parlemen Atasi Kekacauan Promosi Salmon Ala Restoran Sushiro
TAIWAN – Restoran Sushiro yang berlokasi di Taipe, Taiwan, punya cara unik untuk promosi. Siapapun yang memiliki nama berkarakter China “gui yu”, yang berarti salmon, dapat mencicipi menu Restoran Sushiro sepuasnya tanpa perlu membayar. Tertarik dengan promosi itu, warga ramai-ramai mengubah identitas pada kartu kependudukannya. Akhirnya terjadi kekacauan hingga mengundang perdebatan di parlemen.
Sebagaimana dilansir The Guardian, promosi Restoran Sushiro padahal hanya berlangsung dua hari, 17-18 Maret 2021 lalu. Namun sebanyak 331 warga ambil bagian dalam promosi itu dan mengubah nama pada kartu identitasnya. Pasca promosi berakhir, hanya sedikit warga yang dapat mengubah identitasnya kembali. Itu karena aturan otoritas setempat hanya mengizinkan perubahan identitas maksimal tiga kali. Mereka yang terjebak dengan nama “salmon” pada kartu kependudukannya, kini hanya bisa menyesal.
Untuk mengatasi “salmon chaos” tersebut, satu-satunya cara adalah mengubah ordonansi tentang identitas nama. Di parlemen, usulan amandemen tersebut menimbulkan perdebatan panas, timbul pro kontra. “Setelah insiden kekacauan salmon, beberapa orang telah mengubah nama mereka tiga kali dan sekarang tidak memiliki cara untuk mengubahnya kembali,” kata legislator Partai Kekuatan Baru, Chiu Hsien-chih. Ia mengusulkan adanya kelonggaran untuk perubahan identitas nama, termasuk perubahan tarif perubahan nama pada kartu identitas.
Sementara anggota parlemen lainnya, baik dari Partai Progresif Demokratik dan Partai Nasionalis China menolak usulan itu. “Kepercayaan kami pada rasionalitas sipil terlalu rendah,” kata legislator Kuan Bi-ling, menentang usulan itu. Ia bahkan meminta agar pembatasan terhadap perubahan identitas lebih ditingkatkan.
Di media sosial Taiwan, warga antusias terlibat dalam perdebatan. Pandangan seorang netizen bahkan ada yang menarik. Ia meminta agar orang-orang yang telah mengubah nama untuk keuntungan pribadi harus lebih bertanggung jawab dan tidak membuang-buang waktu legislatif. “Bagaimana kita bisa mengubah undang-undang bagi mereka yang menjual kepribadiannya demi keuntungan?” kata salah satu komentator. []