Demonstrasi Nepal Berujung Pelarian Massal Tahanan

KATHMANDU – Nepal tengah menghadapi salah satu periode paling genting dalam sejarah politik modernnya. Aksi demonstrasi besar-besaran yang dipicu oleh kebijakan pemblokiran media sosial pada awal pekan ini telah berkembang menjadi krisis multidimensi, menelan korban jiwa, serta memicu kerusuhan di berbagai penjara.
Ribuan warga, mayoritas berasal dari kalangan mahasiswa dan generasi muda, turun ke jalan menuntut dihentikannya pembatasan kebebasan berekspresi. Mereka juga menuding pemerintah terjerat praktik korupsi yang memperburuk kondisi demokrasi di negeri Himalaya itu.
Menurut data terbaru Kementerian Kesehatan Nepal, hingga Kamis (11/09/2025), jumlah korban meninggal dunia mencapai 31 orang. Dari jumlah tersebut, identitas 25 korban telah dikonfirmasi, sementara lebih dari 1.033 orang mengalami luka-luka. Kepala Departemen Forensik Rumah Sakit Pendidikan Universitas Tribhuvan, Dr. Gopal Chaudhary, memastikan proses otopsi masih berlangsung dan identitas jenazah belum dapat dipublikasikan.
“Kami masih melakukan otopsi sesuai protokol internasional. Kami diminta untuk menyimpan identitas jenazah, kami tidak dapat mengungkapkan detailnya,” ujarnya.
Situasi semakin panas ketika polisi melepaskan tembakan ke arah massa pada Senin (08/09/2025), tepat setelah pemerintah memblokir akses ke Facebook, X, dan YouTube. Walau larangan itu dicabut sehari kemudian, kemarahan publik terlanjur membesar. Para demonstran bersumpah tidak akan membiarkan kematian para pengunjuk rasa berlalu tanpa pertanggungjawaban.
Di luar jalanan, gejolak juga merembet ke dalam sistem pemasyarakatan. Tiga narapidana tewas dalam bentrokan di Penjara Distrik Ramechhap, Provinsi Madhesh, pada Kamis pagi. Dengan demikian, total delapan narapidana telah dilaporkan tewas sejak pecahnya kerusuhan.
Yang lebih mengejutkan, lebih dari 15.000 napi melarikan diri dari sedikitnya 25 penjara di berbagai provinsi. Beberapa penjara besar yang terdampak antara lain Penjara Pusat Lembah Kathmandu di Sundhara, Penjara Nakkhu di Lalitpur, serta Penjara Dillibazar. Bahkan, di Penjara Kaski, lebih dari 770 napi berhasil kabur, termasuk 17 warga asing.
Polisi menyebut banyak napi memanfaatkan kekacauan untuk meledakkan tabung gas, membakar gedung administrasi, hingga mendobrak gerbang penjara. Kepala sipir Rajendra Sharma mengonfirmasi sejumlah besar napi masih buron, sementara hanya sedikit yang menyerahkan diri atau berhasil ditangkap kembali.
Gelombang demonstrasi dan pelarian massal napi ini menambah beban berat bagi pemerintah Nepal yang sudah berada dalam sorotan publik. Keamanan nasional dipertanyakan, sementara ketidakpuasan terhadap pemerintahan terus membesar.
Direktur Jenderal Departemen Manajemen Penjara, Lila Prasad Sharma, menyatakan pasukan gabungan dari Angkatan Darat Nepal, Kepolisian Bersenjata, dan Kepolisian Nepal telah dikerahkan. Namun, keberhasilan operasi pengejaran akan sangat menentukan citra pemerintah dalam mengendalikan krisis.
Dengan korban jiwa terus bertambah dan ribuan tahanan masih berkeliaran, Nepal kini berada di persimpangan jalan: apakah mampu memulihkan stabilitas atau justru terjerumus dalam kekacauan lebih dalam. []
Diyan Febriana Citra.