Digitalisasi Air Bersih dan Percetakan Dorong Ekonomi Desa”
ADVERTORIAL – Di tengah tantangan pembangunan desa, BUMDes Margahayu di Kecamatan Loa Kulu, Kabupaten Kutai Kartanegara, tampil sebagai pionir pemberdayaan ekonomi lokal. Melalui pengelolaan unit usaha yang inovatif dan berbasis kebutuhan masyarakat, BUMDes ini berhasil meningkatkan Pendapatan Asli Desa (PAD) sekaligus memperkuat layanan publik. Dari air bersih hingga percetakan, semua kini tersedia di desa.
BUMDes Margahayu mengelola tiga unit usaha utama: penyediaan air bersih, jasa percetakan dan toko ATK, serta budidaya ikan lele. Ketiga unit ini telah memberikan dampak langsung terhadap kesejahteraan warga dan peningkatan PAD desa. Dalam satu tahun terakhir, BUMDes menyumbang Rp12 juta ke kas desa dan menargetkan Rp30 juta pada tahun mendatang.
Kepala Desa Margahayu, Rusdi, memimpin langsung pengembangan BUMDes. Ia menjelaskan bahwa unit air bersih telah beroperasi selama lebih dari satu dekade, dengan sumber air berasal dari eks tambang kolam PT Multi Harapan Utama (MHU). Air tersebut kini dikelola dengan sistem digital, memungkinkan warga mengakses layanan dengan biaya hanya Rp6.000 per meter kubik.
Unit percetakan dan toko ATK bekerja sama dengan lembaga pendidikan desa, mulai dari PAUD hingga SMA. “Kami ingin memudahkan warga, terutama pelajar dan guru, agar tidak perlu ke kota untuk mencetak dokumen,” ujar Rusdi, (13/11/2025).
Program ini aktif sepanjang tahun 2025, dengan pusat kegiatan di Desa Margahayu, Loa Kulu. Kolam budidaya lele dibangun di lahan sekitar kantor desa, sementara unit percetakan dan air bersih tersebar di titik-titik pelayanan masyarakat.
BUMDes Margahayu ingin menjawab kebutuhan dasar masyarakat secara langsung. Air bersih, layanan percetakan, dan ketahanan pangan adalah tiga sektor yang paling dibutuhkan warga. Selain itu, desa ingin menciptakan sumber pendapatan mandiri yang berkelanjutan dan tidak bergantung pada bantuan eksternal.
Unit air bersih dikelola dengan sistem aplikasi digital yang memudahkan pencatatan dan pembayaran. Unit percetakan melayani kebutuhan dokumen pendidikan dan administrasi warga. Budidaya lele dilakukan di kolam buatan berkapasitas 30.000 ekor, dengan hasil panen didistribusikan kepada balita kurang mampu sebagai bagian dari program penanganan stunting.
BUMDes juga memanfaatkan dana desa sebesar Rp200 juta untuk mendukung budidaya lele dan wisata pemancingan. Kolaborasi antara pemerintah desa, masyarakat, dan sektor pendidikan menjadi kekuatan utama dalam pelaksanaan program ini.
BUMDes Margahayu membuktikan bahwa desa bisa menjadi pusat inovasi dan ekonomi lokal. Dengan digitalisasi, kolaborasi, dan fokus pada kebutuhan warga, desa ini berhasil menciptakan ekosistem usaha yang berkelanjutan. “Kami akan terus berinovasi demi kesejahteraan masyarakat,” tutup Rusdi. []
Redaksi
