Diplomat Serukan Tindakan Segera AS Terhadap Iran, Khawatir Perang ‘Tak Terhindarkan’
JAKARTA – Ketegangan antara Iran dan Israel terus memuncak. Terbaru, seorang diplomat Tel Aviv mengatakan bahwa konfrontasi skala besar dengan Iran pasti akan terjadi dan mendesak Presiden Amerika Serikat (AS) Joe Biden untuk mengambil tindakan langsung terhadap Republik Islam itu secepatnya.
Kepada Newsweek, Utusan Khusus Kementerian Luar Negeri Israel, Fleur Hassan-Nahoum, mengatakan bahwa retorika Iran telah menciptakan ‘suasana yang sangat berat di Israel’. Kecemasannya telah sampai pada titik di mana dia yakin Iran dan sekutunya memenangkan perang psikologis.
Apalagi, Hassan-Nahoum juga yakin bahwa kemungkinan besar perang antara keduanya pecah dengan dimulai dari serangan Teheran. Ia menyebut Washington harus bertindak segera demi perubahan rezim di Negeri Persia itu.
“Amerika hanya perlu menargetkan infrastruktur nuklir dengan perangkat keras yang sebenarnya hanya dimiliki Amerika. Kita tidak dapat melakukannya sendiri,” katanya dikutip Kamis (15/8/2024).
“Dengan bom bungker dan lain-lain, Washington dapat menghancurkan infrastruktur nuklir, lalu mereka dapat menghancurkan empat infrastruktur yang berbeda, serta titik energi di Iran. Kemudian rakyat akan mengambil alih.”
Hubungan antara Iran dan Israel terus memanas setelah pada akhir bulan lalu pemimpin milisi bersenjata Palestina Hamas, Ismail Haniyeh, dibunuh di Teheran. Rezim Iran mendukung Rezim Iran menuding Israel, yang saat ini berperang habis-habisan dengan Hamas di Jalur Gaza, merupakan biang keladi pembunuhan Haniyeh dan berjanji akan ada pembalasan serius terhadap Negeri Zionis itu.
Eskalasi hubungan ini telah menimbulkan ketegangan baru di wilayah Timur Tengah. Sejumlah pihak khawatir panasnya hubungan dua rival ini akan memancing perang besar di Dunia Arab, dengan Iran kemungkinan melibatkan proksinya seperti Hizbullah di Lebanon, Houthi di Yaman, serta beberapa kelompok bersenjata di Irak.
Di sisi lain, Teheran telah berinvestasi besar-besaran untuk memperkuat infrastruktur militer dan nuklirnya serta telah memperluas persenjataan ofensif dan defensif berupa sistem rudal dan pesawat nirawak. Iran juga telah memperdalam kemitraannya dengan Rusia dalam beberapa tahun terakhir, termasuk di bidang pertahanan
Namun Hassan-Nahoum berpendapat bahwa kemunduran baru-baru ini dalam perang yang sedang berlangsung di Ukraina akan menjadi kendala bagi Moskow jika berupaya melindungi Iran dari serangan AS. Maka itu, ia berpandangan bahwa inilah saatnya AS menyerang.
“Rusia tidak dalam posisi untuk membantu Iran saat ini. Jadi, ini akan menjadi momen yang kritis. Mereka telah ditempatkan pada posisi bertahan oleh Ukraina saat ini. Ini akan menjadi waktu terbaik,” tambahnya.
Menyikapi hal ini, seorang senior dan juru bicara Hamas, Basem Naim, berpendapat bahwa menarik AS ke dalam perang dengan Iran adalah bagian dari strategi Netanyahu selama ini.
“Ia berusaha mencapai tujuan ambisius yang telah ia cari selama dua puluh tahun melalui kesempatan ini, yakni menyeret AS untuk berperang bersamanya dalam pertempuran agresi melawan Iran,” kata Naim kepada Newsweek.
“Baginya, ini adalah kesempatan untuk meningkatkan situasi di kawasan itu, tidak hanya di Gaza, tetapi di seluruh kawasan sehingga AS akan berperang bersamanya dalam pertempuran yang ia tahu tidak dapat dilakukan sendirian.” []
Nur Quratul Nabila A