Dispora Kaltim Butuh Dukungan Anggaran untuk Perbaikan Stadion

ADVERTORIAL – Keterbatasan anggaran kembali menjadi hambatan dalam pemeliharaan infrastruktur olahraga di Kalimantan Timur. Salah satu contohnya terlihat pada kondisi rumput Stadion Madya Kadrie Oening Samarinda yang hingga kini belum bisa mendapat perawatan menyeluruh akibat minimnya alokasi dana.
Kepala Seksi Stadion Madya UPTD PPD Dispora Kaltim, Entje Achmad Zubairy, mengungkapkan bahwa anggaran yang tersedia saat ini hanya mencakup kegiatan dasar, tanpa kemampuan untuk melakukan peremajaan total pada lapangan yang sudah mulai mengalami kerusakan. “Kalau pemeliharaan rumput ada anggarannya, cuma ya terbatas,” ujarnya saat ditemui di Kadrie Oening Tower, Kamis siang (03/07/2025).
Dalam keterangannya, Zubairy menjelaskan bahwa dana yang ada saat ini hanya cukup untuk melakukan pemotongan dan pembersihan rutin. Perawatan yang lebih kompleks, seperti penggantian bibit rumput atau peremajaan area yang rusak, masih jauh dari jangkauan karena biayanya yang besar. “Hanya untuk pemeliharaan seperti pemotongan saja, pemotongan sama pembersihan gitu aja, karena anggarannya juga terbatas,” tuturnya.
Stadion Madya, yang selama ini menjadi salah satu fasilitas olahraga utama di Samarinda, belum bisa memenuhi standar nasional dalam hal kondisi lapangan. Hal ini disebabkan karena belum ada dana yang cukup untuk mendukung proses teknis peremajaan total, yang melibatkan lebih dari sekadar menanam ulang rumput. “Nah, kalau untuk ibaratnya mengganti semua area yang mati, rumputnya mati itu kan perlu bibit rumput banyak,” jelas Zubairy.
Ia menegaskan, keinginan untuk memperbaiki kondisi rumput secara menyeluruh sebenarnya ada, namun anggaran yang minim memaksa pihaknya memfokuskan pada hal yang paling mendasar. “Karena anggarannya terbatas ya, kita enggak bisa juga untuk yang mengganti bibit, mengganti rumput yang mati,” ucapnya.
Proses peremajaan rumput yang ideal, menurut Zubairy, melibatkan teknik yang cukup kompleks. Tidak hanya soal membeli bibit, tetapi juga membutuhkan pengupasan lapisan tanah lama, penggantian media tanam, dan perlakuan teknis khusus agar rumput bisa tumbuh sesuai standar lapangan profesional. “Kalau untuk standar nasional, tentu perlu anggaran yang besar,” ujarnya.
Ia memaparkan bahwa semua tahapan tersebut tidak bisa dilakukan secara terburu-buru, terlebih jika kondisi keuangan tidak mendukung. “Itu perlu anggaran besar itu kalau untuk itu,” kata Zubairy lagi.
Saat ini, Zubairy menegaskan bahwa pemeliharaan hanya bisa dilakukan dalam bentuk dasar, seperti pemotongan dan penyemprotan rumput agar stadion tetap dapat digunakan secara fungsional. “Kalau, untuk sekarang ya, cukup untuk itu aja; hanya itu aja, pemeliharaan aja semprot, potong,” pungkasnya.
Situasi ini mencerminkan tantangan nyata yang dihadapi pengelola fasilitas olahraga di daerah, di mana semangat untuk memperbaiki kerap terhambat oleh keterbatasan fiskal. Perlu ada perhatian lebih dari pemerintah daerah maupun pusat agar fasilitas publik seperti stadion tidak hanya terawat, tetapi juga memenuhi standar yang layak untuk digunakan oleh atlet dan masyarakat umum.[]
Penulis: Putri Aulia Maharani | Penyunting: Aulia Setyaningrum