Dispora Kaltim Gunakan IPO untuk Petakan Potensi Daerah

ADVERTORIAL – Pembangunan olahraga di Kalimantan Timur (Kaltim) kini memasuki tahap pemetaan menyeluruh. Dinas Pemuda dan Olahraga (Dispora) Kaltim bersama Badan Pusat Statistik (BPS) memulai pengukuran Indeks Pembangunan Olahraga (IPO) di sejumlah kabupaten/kota sebagai dasar perumusan kebijakan yang lebih terarah.
Bagi Koordinator Olahraga Pendidikan dan Sentra Olahraga Bidang Pembudayaan Olahraga Dispora Kaltim, Suriani, IPO bukan sekadar angka statistik. Ia menyebutnya sebagai instrumen strategis yang akan mengungkap kondisi riil sektor olahraga di daerah.
“IPO itu singkatan dari Indeks Pembangunan Olahraga. Kalau dulu kita menggunakan istilah Sport Development Index atau SDI yang diadaptasi dari luar negeri, sekarang sudah disesuaikan ke bahasa Indonesia menjadi Indeks Pembangunan Olahraga,” ujarnya saat ditemui di kantor Dispora Kaltim, Jumat, (08/08/2025).
Metode yang digunakan adalah sampling di berbagai daerah. Tahun ini, dua wilayah pertama yang menjadi sasaran adalah Kutai Kartanegara (Kukar) dan Kutai Barat (Kubar).
“Untuk IPO, kegiatannya adalah melakukan sampling ke kabupaten dan kota guna mendapatkan sembilan dimensi penilaian. Kebetulan kami sudah datang ke dua daerah, yaitu Kukar dan Kubar,” jelas Suriani.
Sembilan dimensi yang diukur mencakup aspek fundamental pembangunan olahraga, mulai dari sumber daya manusia (SDM), ketersediaan ruang terbuka, literasi fisik, tingkat partisipasi masyarakat, kebugaran, kesehatan personal, faktor ekonomi, hingga performa olahraga.
“Dimensi yang kami ukur meliputi indeks SDM, ruang terbuka, literasi fisik, partisipasi, kebugaran, kesehatan personal, ekonomi, dan performa. Kegiatan ini bekerja sama dengan Badan Pusat Statistik, dan tahun depan kami akan bersurat resmi agar data ini bisa lebih optimal digunakan di Kalimantan Timur,” tambahnya.
Kerja sama dengan BPS dinilai penting demi memastikan validitas data. Bagi pemerintah, hasil IPO menjadi peta jalan untuk menentukan prioritas pembangunan — apakah fokus pada peningkatan infrastruktur, pembinaan atlet, atau perluasan akses fasilitas olahraga.
Suriani menegaskan, tanpa data akurat, kebijakan hanya akan bersifat reaktif. Dengan IPO, pemerintah daerah dapat memetakan kekuatan dan kelemahan olahraga Kaltim secara objektif, lalu menyesuaikan strategi sesuai kebutuhan masing-masing wilayah.
Partisipasi masyarakat juga menjadi bagian dari proses ini. Suriani mengajak warga untuk memberikan informasi yang benar saat pengumpulan data. Menurutnya, keterlibatan publik sangat menentukan apakah hasil pengukuran mampu merepresentasikan kondisi sebenarnya di lapangan.
Dispora Kaltim menargetkan pengukuran IPO dapat menjangkau seluruh kabupaten/kota secara bertahap. Dengan pemetaan komprehensif, Kaltim diharapkan mampu menyusun program olahraga yang berkesinambungan, terukur, dan berdampak langsung pada peningkatan prestasi daerah.
Ke depan, IPO tidak hanya menjadi tolok ukur perkembangan, tetapi juga menjadi acuan dalam mempromosikan olahraga sebagai bagian dari gaya hidup sehat masyarakat. Harapannya, Kaltim dapat memperkuat posisinya dalam peta olahraga nasional melalui kebijakan yang berbasis data. []
Penulis: Putri Aulia Maharani | Penunting: Aulia Setyaningrum