Dispora Kaltim Pastikan Pemuda Disabilitas Tak Tertinggal

ADVERTORIAL — Upaya menciptakan lingkungan kepemudaan yang setara dan inklusif bagi semua kalangan terus diperkuat oleh Dinas Pemuda dan Olahraga Provinsi Kalimantan Timur (Dispora Kaltim). Meski belum memiliki program spesifik yang ditujukan untuk pemuda disabilitas, Dispora memastikan bahwa seluruh kegiatan mereka terbuka dan dapat diakses oleh kaum muda dengan kebutuhan khusus.
Menurut Rusmulyadi, Sub Koordinator Kepemimpinan, Kepeloporan, dan Kemitraan Pemuda Dispora Kalimantan Timur, prinsip kesetaraan menjadi landasan dalam merancang dan menjalankan berbagai program kepemudaan. Hal ini ia sampaikan dalam wawancara resmi di Kantor Dispora Kaltim, Jumat (11/07/2025).
“Kalau program khusus memang belum ada, tapi untuk seluruh kegiatan di Dispora, kami sangat terbuka untuk penyandang disabilitas,” ujar Rusmulyadi.
Pernyataan tersebut menegaskan bahwa aksesibilitas tidak hanya sebatas wacana, melainkan telah diwujudkan dalam penyelenggaraan kegiatan nyata. Dispora Kaltim, misalnya, telah menyiapkan fasilitas pendukung berupa juru bahasa isyarat (JBI) untuk peserta dengan disabilitas pendengaran, sebagai bentuk konkret keberpihakan terhadap kelompok yang selama ini kerap terpinggirkan dalam kegiatan umum.
“Kalau misalnya ada peserta teman tuli yang membutuhkan juru bahasa isyarat, maka kami akan siapkan JBI-nya. Karena sejak tahun 2000, kami sudah memiliki pegawai yang memang punya kemampuan sebagai juru bahasa isyarat,” jelasnya.
Pegawai yang memiliki kemampuan sebagai JBI tersebut saat ini berada di bidang pengembangan pemuda dan dipersiapkan untuk mendampingi setiap kegiatan yang melibatkan peserta dari kelompok disabilitas. Langkah ini diambil agar tidak ada pemuda yang kehilangan kesempatan hanya karena keterbatasan fisik.
“Jadi ketika ada kegiatan yang memang membutuhkan juru bahasa isyarat, kami sudah siapkan. Karena kami ingin memastikan bahwa tidak ada yang tertinggal, semua pemuda harus punya akses yang sama,” tegas Rusmulyadi.
Komitmen inklusi tersebut tidak berhenti pada aspek teknis penyelenggaraan kegiatan. Dispora Kaltim juga secara aktif mendorong agar organisasi kepemudaan di daerah ini mengadopsi pendekatan yang sama dalam merancang program mereka. Menurut Rusmulyadi, keberagaman seharusnya menjadi kekuatan untuk memperkaya interaksi antarindividu.
“Kami mendorong agar pemuda disabilitas juga terlibat aktif di forum-forum yang ada. Kami ingin menciptakan lingkungan yang tidak hanya ramah secara fisik, tapi juga ramah secara sosial,” tambahnya.
Sebagai bentuk kesinambungan, Dispora membuka ruang dialog untuk mendengar langsung kebutuhan dan aspirasi para pemuda disabilitas. Ia menilai bahwa pendekatan partisipatif seperti ini penting untuk memastikan program benar-benar menyentuh kebutuhan yang riil di lapangan.
Rusmulyadi berharap ke depan akan lahir program yang secara khusus menyasar kelompok pemuda disabilitas, sehingga mereka tidak hanya dilibatkan sebagai peserta, tetapi juga diberdayakan sebagai aktor dalam pembangunan kepemudaan.
“Ke depan, bukan tidak mungkin akan ada program khusus untuk mereka. Tapi untuk saat ini, kami pastikan pintu kami selalu terbuka. Semua pemuda berhak mendapatkan ruang untuk berkembang,” pungkasnya.
Melalui komitmen ini, Dispora Kaltim bertekad menjadikan ekosistem kepemudaan di Kalimantan Timur sebagai model bagi wilayah lain—di mana tidak ada lagi batas yang menghambat seorang pemuda untuk tumbuh, belajar, dan berkontribusi, apa pun latar belakang atau kemampuannya.[]
Penulis: Putri Aulia Maharani | Penyunting: Aulia Setyaningrum