Dua Jembatan Gantung di Pandeglang Rusak Parah, Warga Khawatir Ambruk

PANDEGLANG – Dinas Pekerjaan Umum dan Penataan Ruang (DPUPR) Kabupaten Pandeglang mencatat terdapat sekitar 60 unit jembatan gantung di wilayah tersebut. Namun, dari jumlah tersebut, dua di antaranya mengalami kerusakan parah dan membutuhkan perbaikan total.
Pelaksana Tugas (Plt) Kepala Bidang Bina Marga DPUPR Pandeglang, Andrian, mengungkapkan bahwa pihaknya telah mengidentifikasi dua jembatan gantung yang mengalami kerusakan signifikan. Kedua jembatan tersebut berada di Desa Nanggala, Kecamatan Cikeusik, serta Desa Kramat Manik yang menghubungkan Kecamatan Angsana dan Sukaresmi.
“Kedua jembatan tersebut mengalami korosi yang cukup parah, sehingga perlu dilakukan perbaikan total agar tetap aman digunakan oleh masyarakat,” ujar Andrian pada Minggu (9/2/2025).
Ia menjelaskan bahwa perbaikan jembatan mencakup penggantian material dan tali sling penyangga yang sudah tidak layak. Berdasarkan perhitungan DPUPR, estimasi anggaran yang dibutuhkan untuk perbaikan mencapai sekitar Rp2,5 miliar. Namun, keterbatasan anggaran menjadi kendala utama dalam pelaksanaan proyek tersebut.
“Kami terus berupaya merespons laporan masyarakat terkait infrastruktur yang rusak. Namun, anggaran yang tersedia masih terbatas, terlebih dengan adanya refocusing anggaran,” tambahnya.
Sementara itu, Adung, seorang warga setempat yang kerap melintasi jembatan untuk menuju kebun, mengaku khawatir dengan kondisi jembatan yang semakin memburuk. Menurutnya, material alas jembatan sudah lapuk, banyak seling putus, dan tiang penyangga mulai rapuh akibat longsor yang terjadi saat banjir beberapa waktu lalu.
“Jembatan ini menjadi akses utama warga untuk beraktivitas, termasuk anak-anak yang pergi ke sekolah. Kami takut sewaktu-waktu jembatan ini ambruk,” ungkap Adung.
Kekhawatiran serupa juga disampaikan oleh Kepala Desa Nanggala, Sumarna. Ia menyebut bahwa pihak desa telah beberapa kali melakukan perbaikan secara swadaya bersama Danramil, Babinsa, dan Camat Cikeusik. Namun, upaya tersebut belum cukup untuk mengatasi kerusakan yang semakin parah.
“Sejak saya menjabat pada 2021, kami sudah berusaha memperbaiki jembatan dengan anggaran desa yang terbatas. Kami juga telah mengajukan permohonan perbaikan kepada pemerintah daerah dan kementerian terkait sebanyak enam kali,” ujar Sumarna.
Ia berharap pemerintah segera memberikan perhatian serius terhadap kondisi jembatan ini, mengingat peran pentingnya sebagai jalur penghubung utama bagi masyarakat setempat.
“Dana desa tidak mencukupi untuk perbaikan total. Kami berharap ada bantuan dari pemerintah agar jembatan ini bisa diperbaiki sebelum terjadi hal yang tidak diinginkan,” tegasnya. []
Nur Quratul Nabila A