Duka dan Amarah Ayah Usai Putrinya Meninggal karena Operasi Plastik

JAKARTA — Kasus meninggalnya remaja berusia 14 tahun setelah menjalani operasi plastik di Durango, Meksiko, menjadi sorotan publik dan pemicu desakan untuk memperketat regulasi terhadap praktik operasi estetika pada anak di bawah umur.
Paloma Nicole Arellano Escobedo dinyatakan meninggal dunia akibat kematian otak pada 20 September lalu, usai menjalani operasi implan payudara dan transfer lemak ke bokong di sebuah klinik swasta.
Ayahnya, Carlos Arellano, tak terima dengan kejadian tragis tersebut dan membawa kasus ini ke ranah hukum. Ia menuntut mantan istrinya, Paloma Escobedo, yang memberikan izin operasi kepada sang dokter bedah sekaligus ayah tiri korban, Victor Manuel Rosales.
“Mereka yang melakukan ini kepada anak saya harus membayar, mereka harus dipenjara. Karena mereka tidak hanya mengakhiri hidupnya,” ujar Arellano dalam wawancara dengan ahli bedah Jorge Arroyo.
Jaksa Negara Bagian Durango (FGED) mengonfirmasi bahwa Escobedo dan Rosales telah didakwa dalam sidang pengadilan pada 3 Oktober. Escobedo dijerat pasal “kelalaian dalam perawatan dan penyalahgunaan profesi”, sementara Rosales menghadapi dakwaan “praktik medis yang tidak semestinya”.
Kasus ini menimbulkan pertanyaan serius mengenai etika dan batasan usia dalam prosedur bedah plastik. Dokter spesialis bedah mikro rekonstruktif, Mauro Armenta, menegaskan bahwa remaja seharusnya tidak menjadi subjek operasi estetika.
“Jika pasien masih remaja, harus ada persetujuan dari kedua orang tua dan mereka harus mengetahui risiko dan manfaatnya,” jelas Armenta.
Ia menambahkan, “Remaja perempuan tidak memiliki kriteria yang jelas. Dalam perubahan ini, mereka menemukan kepribadian mereka dan tidak disarankan untuk melakukan operasi plastik.”
Kasus Paloma Nicole juga membuka diskusi mengenai tanggung jawab moral orang tua dan tenaga medis. Menurut keterangan ayah korban, Nicole adalah anak yang ceria, aktif berolahraga, dan tidak pernah mengutarakan keinginan untuk melakukan operasi plastik.
Kematian tragis ini pun menggerakkan pemerintah Meksiko untuk bertindak. Presiden Claudia Sheinbaum berjanji memberikan pendampingan hukum, sementara Senator Gina Campuzano mengajukan rancangan “Undang-Undang Nicole” ke Kongres. Regulasi ini bertujuan melarang operasi estetika pada anak di bawah umur dan hanya memperbolehkan operasi rekonstruktif dalam pengawasan ketat.
“Masa kanak-kanak tidak dapat dinegosiasikan,” tegas Campuzano.
Para ahli menilai langkah ini penting mengingat Meksiko merupakan salah satu negara dengan tingkat operasi plastik tertinggi di dunia. Dengan kasus ini, masyarakat diingatkan kembali bahwa standar kecantikan tidak seharusnya mengorbankan keselamatan, terutama bagi generasi muda yang masih dalam masa pertumbuhan emosional dan fisik. []
Siti Sholehah.