Empat RS Diduga Tolak Pasien, Ibu dan Bayi Meninggal
JAYAPURA – Kematian Irene Sokoy (alm) dan bayi dalam kandungannya menyedot perhatian publik dan mengundang keprihatinan luas. Peristiwa ini tidak hanya menggambarkan darurat medis, tetapi juga menjadi cermin buramnya pelayanan kesehatan di sejumlah rumah sakit di Kabupaten dan Kota Jayapura, Papua. Irene, warga Kampung Hobong, Distrik Sentani, meninggal bersama bayinya setelah diduga ditolak oleh empat fasilitas kesehatan ketika membutuhkan pertolongan darurat.
Peristiwa tragis itu terjadi pada Senin (17/11/2025) sekitar pukul 05.00 WIT. Irene yang sedang hamil dengan kondisi darurat, dibawa bolak-balik menuju RSUD Dok II Jayapura setelah sebelumnya tidak mendapatkan layanan dari beberapa rumah sakit lainnya. Namun, nyawa Irene dan bayinya tidak tertolong dalam perjalanan.
“Kematian seorang ibu hamil Irene Sokoy dan bayinya adalah tragedi yang memilukan. Empat rumah sakit diduga menolak korban,” ungkap Kepala Kampung Hobong, Abraham Kabey, dengan nada kecewa.
Abraham menilai, penolakan itu tidak hanya melukai rasa kemanusiaan, tetapi juga menjadi tamparan keras bagi sistem pelayanan kesehatan. Ia menyebut masyarakat sangat terpukul karena rumah sakit yang seharusnya menjadi tempat berlindung justru menolak memberikan pertolongan.
Suami almarhum, Neil Kabey, mengaku sangat kecewa. Ia merasa istrinya bisa diselamatkan jika rumah sakit memberikan layanan darurat sebagaimana mestinya. “Kalau saat itu di RSUD Yowari ada dokter, saya yakin istri dan anak saya masih hidup. Kenapa tidak ada dokter pengganti jika memang dokter saat itu tidak ada,” ujarnya.
Kasus ini memicu reaksi cepat dari Gubernur Papua, Matius D Fakhiri. Ia menyampaikan permohonan maaf dan menyebut kejadian ini sebagai bentuk kegagalan sistemik dalam pelayanan kesehatan di Papua. “Saya baru mau memulai, tetapi Tuhan sudah memberikan satu contoh kebobrokan pelayanan kesehatan di provinsi di Papua. Saya mohon maaf dan turut berduka yang mendalam atas kejadian dan kebodohan jajaran pemerintah mulai dari atas sampai ke tingkat bawah. Ini kebodohan yang luar biasa yang dilakukan oleh pemerintah,” kata Fakhiri.
Gubernur menegaskan akan melakukan evaluasi besar-besaran. Ia memastikan direktur rumah sakit yang dianggap abai akan diganti, dan peralatan medis yang selama ini terbengkalai akan segera dibenahi. “Hal ini sudah saya minta langsung ke Menteri Kesehatan untuk memperbaiki pelayanan kesehatan di rumah sakit yang ada di Provinsi Papua. Saya yakin ada sekat-sekat yang merusak pelayanan akan diperbaiki ini,” imbuhnya.
Tragedi Irene Sokoy menjadi alarm keras bagi pemerintah dan seluruh pemangku kepentingan bahwa hak masyarakat terhadap kesehatan tidak boleh diabaikan. Pelayanan medis bukan hanya soal fasilitas, tetapi juga tentang kesiapan, empati, dan tanggung jawab kemanusiaan. []
Siti Sholehah.
