Erdogan Kecam Serangan Drone Ukraina di Laut Hitam
JAKARTA – Ketegangan baru dalam konflik Rusia–Ukraina memuncak hingga ke wilayah perairan Turki. Presiden Turki, Recep Tayyip Erdogan, mengecam keras serangan drone yang diklaim dilakukan Ukraina terhadap dua kapal tanker minyak yang tengah melintas menuju Rusia di kawasan Laut Hitam. Ia menilai tindakan tersebut sebagai bentuk eskalasi serius yang dapat menggoyahkan stabilitas regional.
Menurut laporan yang disampaikan Kementerian Perhubungan Turki, dua kapal berbendera Gambia, yakni Virat dan Kairos, mengalami guncangan ledakan pada Jumat (28/11/2025) malam. Serangan terhadap Virat bahkan berlanjut pada hari berikutnya, Sabtu (29/11/2025) dini hari.
Sebuah sumber keamanan Ukraina kemudian menyatakan kepada AFP bahwa Ukraina bertanggung jawab atas serangan itu. Dijelaskan bahwa kedua kapal tersebut diduga mengangkut minyak Rusia secara diam-diam dan menjadi bagian dari jaringan pengiriman yang berupaya menghindari sanksi Barat atas invasi Kremlin ke Ukraina.
Erdogan, dalam keterangannya yang disampaikan Selasa (02/12/2025), menyoroti bahwa dampak serangan tersebut tidak dapat dianggap remeh.
“Kami tidak dapat menerima serangan ini, yang mengancam keselamatan navigasi, lingkungan, dan kehidupan di zona ekonomi eksklusif kami,” ujarnya.
Ia menambahkan bahwa konflik dua negara itu telah memasuki fase baru yang lebih berbahaya.
“Konflik antara Rusia dan Ukraina jelas telah mencapai tahap yang mengancam keselamatan navigasi di Laut Hitam,” kata Erdogan.
Turki selama ini memainkan peran yang relatif seimbang di tengah perang, menjaga hubungan dengan Moskow maupun Kyiv. Ankara kerap menawarkan diri sebagai tempat negosiasi netral dan turut mengelola jalur penting Selat Bosporus—koridor utama bagi pasokan gandum Ukraina serta minyak Rusia menuju Laut Mediterania.
Situasi ini kian rumit di tengah tekanan besar yang sedang dihadapi Ukraina, baik dari sisi dukungan militer maupun politik internasional. Upaya diplomasi yang dipimpin Amerika Serikat untuk menghentikan perang pun semakin gencar dilakukan.
Erdogan menegaskan bahwa negaranya terus mengikuti perkembangan terbaru secara saksama.
“Kami mengeluarkan peringatan yang diperlukan kepada pihak-pihak terkait. Kami juga memantau perkembangan secara ketat dengan tujuan mengakhiri konflik dan siap berkontribusi di setiap kesempatan,” tuturnya.
Baik Kairos maupun Virat dilaporkan termasuk dalam ‘armada bayangan’—istilah yang digunakan Barat untuk merujuk pada kapal-kapal yang diduga digunakan Rusia dalam mengakali berbagai larangan ekspor energi.
Dengan perairan strategis di sekelilingnya, Turki kembali berada dalam posisi sulit akibat memanasnya rivalitas dua negara besar tersebut, sementara dunia menunggu apakah insiden ini menjadi awal gelombang eskalasi baru di Laut Hitam. []
Siti Sholehah.
