Fasilitasi Ukraina Senjata untuk Serang Rusia, Biden Beri Peringatan ini ke Zelensky
JAKARTA – Presiden Amerika Serikat (AS) Joe Biden memberikan wanti-wanti keras terhadap Presiden Ukraina Volodymyr Zelensky. Hal ini terjadi saat Rusia masih terus menggempur wilayah Ukraina. Dalam laporan Russia Today (RT), Biden mengatakan bahwa Washington tidak melihat alasan untuk mengizinkan serangan Ukraina lebih jauh ke dalam wilayah Rusia meskipun ada permintaan dari Kyiv untuk melancarkan serangan semacam itu. Biden menyebut serangan ke wilayah Rusia yang lebih dalam ‘tidak masuk akal’.
“Kami telah mengizinkan Zelensky untuk menggunakan senjata Amerika dalam waktu dekat dan di luar negeri ke Rusia, namun jika dia memiliki kapasitas untuk menyerang Moskow, menyerang Kremlin, apakah itu masuk akal? Itu tidak akan terjadi,” ujarnya dikutip CNBC Jumat (12/7/2024).
Sebelumnya, Washington menyetujui serangan lintas batas Ukraina menggunakan senjata yang dipasok AS terhadap sasaran Rusia pada akhir Mei. Hal ini diizinkan karena perubahan kebijakan akan membantu menangkis serangan Moskow di perbatasan Wilayah Kharkiv.
Menurut Washington Post, Ukraina diizinkan untuk menyerang sekitar 100 km di dalam wilayah Rusia sebagaimana diakui oleh Barat. Namun para pejabat di Kyiv mengeluh bahwa mereka tidak berwenang untuk menyerang beberapa lapangan udara utama Rusia.
Namun, Zelensky bersikeras agar semua pembatasan itu diperlebar. Ia menyebut batasan ini sebagai sesuai yang “gila” karena Kyiv dicegah untuk membalas serangan Rusia. Presiden Rusia Vladimir Putin mengatakan serangan Ukraina di wilayah Rusia dengan menggunakan senjata yang dipasok Barat adalah sesuatu yang ‘mendekati agresi’. Ia memperingatkan akan adanya respons yang asimetris.
Sementara itu, AS pada dasarnya memberikan kekuasaan penuh kepada Kyiv untuk menggunakan senjata buatan negara itu dalam serangan terhadap wilayah Rusia yang diklaim oleh Ukraina. Pada akhir Juni, Moskow menuduh Kyiv melancarkan serangan menggunakan rudal ATACMS jarak jauh di Krimea, yang menewaskan empat warga sipil.
Rusia mengklaim bahwa Washington terlibat dalam serangan tersebut. Moskow mengatakan bahwa hal itu telah ‘memungkinkan terjadinya serangan rudal teroris yang direncanakan’. []
Nur Quratul Nabila A