Fenomena Sungai Barito, Kekeringan Membawa Berkah
BARITO UTARA – Kekeringan yang melanda Daerah Aliran Sungai (DAS) Barito yang mengalir hingga ke Kabupaten Barito Utara, ternyata juga membawa berkah. Warga yang tinggal di sekitar bantaran Sungai Barito panen ikan patin. Selama Sungai Barito surut, ikan patin mudah didapat.
“Dalam sehari kami bisa menangkap sepuluh ekor ikan patin di sungai dengan berat antara 5-7 kilogram,” kata seorang warga Desa Lemo Kecamatan Teweh Tengah, Waway ketika berada di Muara Teweh, Selasa (14/7).
Menurut Waway, ikan patin yang merupakan salah satu ikan khas pedalaman Sungai Barito dengan rasa gurih ini mudah ditangkap penduduk setempat, ada yang menggunakan pancing, namun sebagian besar ditangkap dengan “rengge” (jaring ikan tradisional dari nylon).
Ikan patin yang hidup di sungai memiliki rasa yang berbeda, lebih enak dibanding ikan patin yang dibudidaya masyarakat baik melalui keramba maupun kolam. “Ikan patin mudah dicari ketika sungai surut dan harga di pasaran juga murah dibanding biasanya,” kata dia.
Salah satu ikan termahal ini memiliki populasi hanya di temukan di sungai besar bukan di anak sungai. Pada saat kemarau ikan ini mulai bermunculan sehingga masyarakat setempat mudah mendapatkannya.
Saat booming ikan patin di daerah ini harganya di pasaran Muara Teweh mulai turun, sebelumnya mencapai Rp150.000 per kilo gram (kg) kini berkisar Rp60.000 per kg. “Namun kalau kita langsung membeli dengan warga yang menangkapnya hanya berkisar Rp20 ribu-Rp25 ribu per kg,” katanya.
Panen ikan ini hampir merata di sejumlah kawasan terutama di pinggiran DAS Barito seperti di wilayah Kecamatan Lahei, Teweh Tengah dan Montallat. Selain ikan patin, masih ada jenis ikan khas Sungai Barito lainnya yang mudah ditangkap di antaranya lais, baung, dan jelawat yang biasa ditangkap oleh warga pada malam hari. [] ANT