Gejala Mual dan Muntah, 13 Siswa SMP Bina Karya Keracunan
BANDUNG – Belasan siswa SMP Bina Karya di Desa Cimanggu, Kecamatan Ngamprah, Kabupaten Bandung Barat, Jawa Barat, mengalami gejala keracunan makanan setelah mengonsumsi menu dari program Makan Bergizi Gratis (MBG), Selasa (11/11/2025).
Sebanyak 13 siswa dilaporkan mengalami keluhan mulai dari sakit perut, mual, pusing, hingga muntah-muntah. Dugaan sementara, gejala tersebut muncul setelah para siswa menyantap makanan MBG sekitar pukul 12.00 WIB di lingkungan sekolah.
Kepala Bidang SMP Dinas Pendidikan Kabupaten Bandung Barat, Edy Saprudin, membenarkan adanya peristiwa tersebut.
“Siswa SMP Bina Karya di Ngamprah. Informasi sementara sudah ada 13 siswa yang mengalami gejala (keracunan),” kata Edy Saprudin, dikutip dari detikJabar.
Menurutnya, penanganan awal langsung dilakukan di sekolah, termasuk pemberian pertolongan pertama dan observasi medis. Namun, satu dari 13 siswa yang kondisinya lebih berat terpaksa dirujuk ke RS Cahya Kawaluyan untuk mendapatkan perawatan lebih lanjut.
“Penanganan dipusatkan dulu di sekolah seperti yang sebelum-sebelumnya. Kemudian informasinya satu orang dirujuk ke RS Cahya Kawaluyan,” ujarnya.
Hingga kini, Dinas Pendidikan bersama Dinas Kesehatan Kabupaten Bandung Barat masih melakukan penelusuran dan uji sampel makanan yang dikonsumsi oleh para siswa. Pemeriksaan dilakukan untuk memastikan penyebab pasti keracunan, apakah berasal dari bahan makanan, cara pengolahan, atau penyimpanan yang tidak sesuai standar kebersihan.
Kasus ini menambah daftar insiden keracunan yang diduga terkait dengan program Makan Bergizi Gratis (MBG). Sebelumnya, program tersebut beberapa kali dikaitkan dengan kejadian serupa di sejumlah daerah di Jawa Barat. Bahkan, dalam rapat bersama DPR, Kepala Badan Pangan Nasional (Bapanas) sempat menyebut bahwa 48 persen kasus keracunan pangan nasional diduga berasal dari program MBG.
Program MBG sendiri merupakan inisiatif pemerintah yang bertujuan untuk meningkatkan asupan gizi anak sekolah di berbagai jenjang pendidikan. Namun, implementasinya di lapangan masih menghadapi tantangan serius, terutama dalam pengawasan kualitas bahan makanan dan distribusi ke sekolah-sekolah.
Meski demikian, pihak Dinas Pendidikan Bandung Barat meminta agar masyarakat tidak tergesa menyimpulkan penyebab pasti sebelum hasil pemeriksaan laboratorium keluar.
“Kami menunggu hasil uji laboratorium untuk memastikan sumber keracunan. Saat ini yang terpenting adalah memastikan kondisi seluruh siswa stabil dan tertangani,” tambah Edy.
Peristiwa tersebut sempat menimbulkan kekhawatiran di kalangan orang tua siswa. Beberapa di antaranya datang ke sekolah untuk memastikan kondisi anak mereka aman. Hingga sore hari, sebagian besar siswa dilaporkan telah membaik setelah mendapatkan perawatan ringan. []
Siti Sholehah.
