Gempuran Baru Israel Tewaskan 130 Warga Gaza, Perundingan Damai Buntu

GAZA — Pemerintah Israel secara resmi mengumumkan dimulainya operasi militer darat berskala luas di Jalur Gaza pada Minggu malam (18/5/2025), menyusul kegagalan perundingan tidak langsung dengan Hamas di Qatar yang berakhir tanpa kesepakatan.
Dalam pernyataan resminya, militer Israel mengklaim telah menghancurkan berbagai infrastruktur milik Hamas dan menewaskan puluhan pejuang bersenjata. Namun, data dari otoritas medis Gaza mencatat lebih dari 130 warga sipil tewas hanya dalam kurun waktu kurang dari 24 jam akibat gempuran udara dan serangan artileri yang intensif, sebagian besar korban merupakan perempuan dan anak-anak.
Serangan terbaru Israel difokuskan di wilayah Khan Younis, selatan Gaza, yang dihuni oleh ribuan pengungsi internal. Rumah Sakit Nasser di kota tersebut melaporkan bahwa kapasitas ruang gawat darurat telah melampaui batas, dan pasien terus berdatangan setiap jamnya.
“Korban datang dalam keadaan mengenaskan, banyak anak-anak mengalami luka bakar dan trauma hebat. Rumah sakit kami tidak mampu menampung jumlah pasien sebanyak ini,” ujar Khalil al-Deqran, juru bicara Kementerian Kesehatan Gaza, kepada The Guardian.
Salah satu warga Beit Lahiya, Fatima al-Rahal (34), menggambarkan situasi di lapangan sebagai bencana kemanusiaan.
“Kami hidup dalam ketakutan setiap malam. Suara ledakan terus-menerus. Tidak ada tempat aman di Gaza,” katanya.
Sementara itu, pemerintah Israel menyatakan akan mengizinkan distribusi terbatas bahan pangan ke Gaza guna mencegah terjadinya krisis kelaparan. Namun, Perdana Menteri Benjamin Netanyahu tetap bersikeras bahwa penghentian operasi hanya akan dipertimbangkan jika Hamas menyerahkan seluruh sandera, menghentikan perlawanan bersenjata, dan melucuti seluruh kekuatan militernya.
Negosiasi gencatan senjata yang digelar di Doha, Qatar, belum menghasilkan titik temu. Hamas menolak tawaran Israel yang tidak mencakup penghentian total serangan. “Kami tidak dapat menerima pembebasan sandera tanpa ada jaminan penghentian perang,” kata seorang pejabat senior Hamas kepada Reuters.
Menurut data terbaru Kementerian Kesehatan Gaza, lebih dari 53.000 warga Palestina tewas sejak konflik dimulai pada Oktober 2023. Sebagian besar korban adalah perempuan dan anak-anak.
Organisasi pangan internasional juga memperingatkan bahwa tingkat malnutrisi akut di kalangan anak-anak melonjak drastis, dengan puluhan ribu anak berada dalam kondisi kritis akibat kekurangan gizi dan air bersih.
Sampai berita ini ditulis, sebanyak 58 sandera masih diyakini berada dalam penguasaan Hamas, dari total sekitar 250 orang yang disandera dalam serangan 7 Oktober 2023 yang menewaskan 1.200 warga Israel. []
Nur Quratul Nabila A