Gregorius Ronald Tannur Bantah Jadi Pacar Dini Sera, Sebut Hanya Hubungan Profesional

JAKARTA – Terpidana kasus penganiayaan dan pembunuhan, Gregorius Ronald Tannur, mengklaim bahwa dirinya bukan kekasih dari almarhumah Dini Sera Afrianti. Ia menyatakan bahwa hubungannya dengan Dini hanya sebatas rekan profesional, mengingat Dini merupakan seorang pemandu karaoke.
Pernyataan tersebut disampaikan Ronald saat bersaksi dalam persidangan kasus dugaan suap terhadap tiga hakim Pengadilan Negeri Surabaya, yakni Erintuah Damanik, Heru Hanindyo, dan Mangapul. Kasus ini berkaitan dengan vonis bebas yang sebelumnya diberikan kepada Ronald dalam perkara kematian Dini Sera Afrianti.
“Korban adalah seorang pemandu karaoke, yang biasa disebut dengan Lady Companion atau LC,” ujar Ronald saat memberikan kesaksian di Pengadilan Tindak Pidana Korupsi (Tipikor) pada Pengadilan Negeri Jakarta Pusat, Selasa (25/2/2025).
Ronald mengakui bahwa dirinya beberapa kali menggunakan jasa Dini, tetapi menampik adanya hubungan asmara. Ia juga menyebut bahwa keberadaan foto-foto dirinya di ponsel Dini menjadi alasan mengapa hubungan mereka disebut sebagai sepasang kekasih.
“Saya memang sempat berhubungan beberapa kali dengan korban, dalam arti menggunakan jasanya. Korban juga memiliki beberapa foto saya yang kemudian diunggah media, sehingga saya disebut sebagai pacarnya,” kata Ronald.
Ia kembali menegaskan bahwa hubungan dengan Dini tidak lebih dari sebatas teman profesional.
“Kami hanya sebatas teman dekat dan profesional, bukan pacar,” tegasnya.
Dalam persidangan yang sama, terungkap bahwa tiga hakim PN Surabaya didakwa menerima suap sebesar Rp 1 miliar dan SGD 308 ribu (setara dengan Rp 4,6 miliar) terkait vonis bebas Ronald Tannur.
Tiga hakim yang terjerat kasus ini adalah Erintuah Damanik, Heru Hanindyo, dan Mangapul. Berdasarkan dakwaan, uang suap diberikan secara bertahap oleh Meirizka Widjaja dan Lisa Rahmat. Rinciannya, Erintuah Damanik menerima SGD 48 ribu, kemudian tambahan SGD 140 ribu yang dibagi dengan Heru Hanindyo dan Mangapul.
Atas perbuatannya, ketiga hakim tersebut dijerat dengan Pasal 12 huruf c juncto Pasal 18 Undang-Undang Pemberantasan Tindak Pidana Korupsi serta Pasal 55 ayat (1) ke-1 KUHP. []
Nur Quratul Nabila A