Gubernur Jabar Tegaskan Konsekuensi Jam Malam: Anak Terlibat Tawuran Tak Akan Ditanggung Pemprov

SUBANG – Gubernur Jawa Barat, Dedi Mulyadi, kembali menyoroti pentingnya penerapan jam malam bagi remaja sebagai bentuk perlindungan sosial dan ketertiban umum.
Dalam sambutannya pada kegiatan “Nganjang ka Warga” di Kabupaten Subang, Kamis (29/5/2025), Dedi dengan tegas menyatakan bahwa Pemerintah Provinsi Jawa Barat tidak akan menanggung segala konsekuensi yang terjadi jika anak-anak melanggar jam malam dan terlibat dalam perkelahian di jalanan.
“Setelah gubernur memberlakukan jam malam, kalau nanti ada anak Jawa Barat yang berkelahi, yang dibacok, yang dirampok di jalan, saya tegaskan tidak akan kami bantu,” kata Dedi dalam pidatonya di hadapan ratusan warga yang hadir.
Menurut Dedi, waktu yang paling rawan bagi anak-anak terlibat dalam aksi kekerasan adalah antara pukul 23.00 hingga 02.00 WIB.
Ia juga mengungkapkan bahwa perkelahian remaja kerap kali bukan terjadi secara spontan, melainkan melalui janji yang telah disepakati sebelumnya melalui media sosial.
“Biasanya mereka sudah atur tempatnya di media sosial. Ini bukan lagi insiden acak,” ujarnya.
Gubernur pun mengingatkan para orang tua agar lebih memperhatikan pergaulan anak-anak mereka, mengingat banyak keluarga yang sudah terbebani dengan persoalan ekonomi.
Ia menyinggung realitas sosial yang dihadapi sebagian besar masyarakat Jawa Barat.
“Orang tua kamu punya utang, tidak punya pekerjaan, jadi buruh murah. Tapi tetap harus pikirkan anak, jangan malah dibiarkan berkelahi,” sindir Dedi.
Dalam acara tersebut, Dedi juga menyampaikan bahwa persoalan perilaku anak-anak harus dimulai dari pembenahan cara berpikir masyarakat Jawa Barat, khususnya dari lingkup keluarga.
Ia menegaskan perlunya pemimpin yang tidak hanya memberi arahan, tetapi juga tegas dan mampu membina warganya.
“Perlu apa? Perlu pemimpin yang tegas, punya sikap, mendidik, dan merangkul rakyatnya,” tutur Dedi di hadapan peserta yang hadir.
Gubernur juga menyinggung kesiapan fasilitas yang akan mendukung penerapan jam malam tersebut, termasuk perlunya sarana dan prasarana yang memadai bagi masyarakat.
Ia mengajak anak-anak yang tidak memiliki keperluan mendesak di luar rumah untuk melakukan aktivitas positif di dalam rumah.
“Kalau tidak ada kegiatan, ya di rumah saja. Nyeuseuh (mencuci) itu kegiatan, nyapu itu kegiatan, nyetrika juga kegiatan,” tegasnya dengan gaya khas Sunda.
Kebijakan jam malam ini menjadi salah satu bentuk perhatian Pemerintah Provinsi Jawa Barat terhadap meningkatnya kekerasan remaja, terutama di ruang-ruang publik pada malam hari.
Dedi Mulyadi berharap, dengan pendekatan ketegasan serta partisipasi keluarga, permasalahan sosial remaja dapat diminimalisasi. []
Nur Quratul Nabila A