Gunung Ile Lewotolok Aktif, Radius 3 Km Dilarang

LEMBATA – Gunung Ile Lewotolok di Kabupaten Lembata, Nusa Tenggara Timur (NTT), kembali menunjukkan peningkatan aktivitas vulkanik. Dalam rentang waktu tiga jam pada Sabtu (27/09/2025) pagi, tercatat sebanyak 73 kali erupsi disertai suara gemuruh dan dentuman dari kawah.
Laporan tersebut disampaikan oleh Anselmus Bobyson Lamanepa, petugas Pos Pengamat Gunung Api (PGA) Ile Lewotolok. Ia menuturkan, letusan kali ini terjadi dengan amplitudo 4 hingga 20,3 milimeter dan berlangsung selama 40 sampai 53 detik. “Erupsi disertai gemuruh dan dentuman lemah hingga sedang,” kata Bobyson dalam keterangannya.
Suara dentuman bahkan menimbulkan getaran pada beberapa bangunan di sekitar lereng, khususnya bagian pintu dan kaca jendela. Kondisi ini menunjukkan bahwa tekanan vulkanik dari dalam kawah cukup kuat dan memengaruhi lingkungan sekitar.
Hasil pengamatan visual pada pagi itu memperlihatkan puncak gunung yang cukup jelas. Asap putih bertekanan sedang terlihat keluar dari kawah dengan ketinggian 20 hingga 50 meter. Selain itu, letusan menghasilkan kolom asap berwarna putih hingga kelabu yang menjulang setinggi 100 sampai 400 meter.
Fenomena tersebut kembali menegaskan bahwa Ile Lewotolok merupakan gunung api aktif dengan aktivitas yang fluktuatif. Meski erupsi berulang bukanlah hal baru bagi warga sekitar, intensitas letusan tetap menjadi pengingat bahwa risiko selalu ada.
Petugas PGA mengingatkan masyarakat untuk tetap tenang dan tidak panik ketika mendengar gemuruh atau dentuman dari gunung. Bobyson menekankan, suara tersebut merupakan tanda alamiah dari proses erupsi. Namun demikian, kewaspadaan tetap harus diutamakan.
Saat ini, status aktivitas Ile Lewotolok berada di Level III atau Siaga. Masyarakat diminta tidak melakukan aktivitas dalam radius tiga kilometer dari kawah, zona yang dinyatakan sebagai wilayah berbahaya. Peringatan ini menjadi penting untuk dipatuhi agar keselamatan warga tetap terjamin.
Erupsi beruntun Ile Lewotolok memperlihatkan pentingnya kesiapsiagaan warga yang tinggal di daerah rawan bencana. Getaran bangunan, suara dentuman, hingga semburan asap pekat adalah bagian dari dinamika alam yang menuntut masyarakat untuk tetap sigap menghadapi kemungkinan terburuk.
Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) bersama pos pengamatan terus memberikan informasi terkini agar warga dapat merespons situasi dengan cepat. Pengalaman menghadapi erupsi sebelumnya diharapkan menjadi bekal berharga bagi warga Lembata untuk lebih tangguh dan siap dalam menghadapi ancaman vulkanik.
Gunung Ile Lewotolok sendiri telah lama dikenal sebagai salah satu gunung paling aktif di NTT. Erupsi pada Sabtu pagi menambah daftar panjang letusan yang tercatat sepanjang September 2025, memperlihatkan konsistensi aktivitas gunung ini sebagai bagian dari siklus alam. []
Diyan Febriana Citra.