Gunung Semeru Masih Waspada, Banjir Lahar Hujan Terjadi 2,5 Jam

LUMAJANG — Aktivitas vulkanik Gunung Semeru kembali menjadi perhatian setelah getaran banjir lahar hujan tercatat berlangsung lebih dari 2,5 jam pada Kamis (18/09/2025) malam. Hujan deras yang mengguyur kawasan puncak gunung tertinggi di Pulau Jawa itu memicu pergerakan material vulkanik yang berbahaya bagi masyarakat di sekitarnya.

Petugas Pos Pengamatan Gunung Semeru, Yadi Yuliandi, menjelaskan berdasarkan data kegempaan, aktivitas lahar tercatat dengan amplitudo 10 mm dan durasi 9.132 detik. Kondisi ini menunjukkan derasnya aliran material yang terbawa air hujan dari puncak hingga ke bawah.

Selain banjir lahar hujan, aktivitas Gunung Semeru juga masih ditandai oleh puluhan gempa erupsi. Dalam periode yang sama, tercatat 55 kali gempa letusan dengan amplitudo 10–22 mm, serta tujuh kali gempa guguran dan 16 kali gempa embusan. Bahkan, delapan kali gempa tektonik jauh juga terekam dengan amplitudo cukup besar.

“Gunung Semeru masih berstatus Waspada,” kata Yadi dalam laporan resminya, Jumat (19/09/2025). Ia menegaskan, Pusat Vulkanologi dan Mitigasi Bencana Geologi (PVMBG) telah memberikan sejumlah rekomendasi kepada masyarakat.

PVMBG melarang aktivitas di sektor tenggara sepanjang Besuk Kobokan dalam radius delapan kilometer dari puncak gunung. Di luar zona tersebut, masyarakat juga dilarang mendekat hingga 500 meter dari tepi sungai yang berhulu di Semeru. Alasannya, aliran awan panas maupun lahar bisa meluas hingga 13 kilometer dari puncak.

“Masyarakat juga diimbau tidak beraktivitas dalam radius tiga kilometer dari kawah/puncak Gunung Semeru, karena rawan terhadap bahaya lontaran batu pijar,” ujar Yadi.

Tak hanya itu, masyarakat diminta meningkatkan kewaspadaan terutama di aliran sungai seperti Besuk Kobokan, Besuk Bang, Besuk Kembar, dan Besuk Sat. Sungai-sungai tersebut kerap menjadi jalur lahar hujan, sehingga setiap hujan deras di kawasan puncak berpotensi menimbulkan bahaya.

Pada Jumat pagi, seismograf kembali merekam dua kali erupsi, masing-masing pukul 04.20 WIB dan 06.11 WIB. Letusan kali ini tidak teramati secara visual, namun amplitudo maksimum mencapai 22 mm dengan durasi 134–170 detik.

Kondisi tersebut menunjukkan bahwa aktivitas vulkanik Gunung Semeru masih fluktuatif dan berpotensi meningkat. Pemerintah daerah bersama aparat terkait terus mengingatkan warga agar tidak mengabaikan rekomendasi yang sudah dikeluarkan PVMBG.

Masyarakat yang bermukim di sekitar lereng diimbau untuk selalu memantau perkembangan informasi resmi dan tidak mendekati zona terlarang. Mitigasi dini dianggap menjadi kunci penting untuk meminimalisasi risiko bencana yang sewaktu-waktu dapat terjadi akibat aktivitas gunung api. []

Diyan Febriana Citra.

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *