Hamas Siapkan Proposal Gencatan Senjata Baru, Usulkan Pertukaran Tahanan dan Penarikan Pasukan Israel

GAZA — Kelompok perlawanan Palestina, Hamas, dilaporkan akan mengajukan proposal baru dalam perundingan gencatan senjata mendatang di Kairo, Mesir.
Rencana ini bertujuan mencapai kesepakatan komprehensif dengan Israel, termasuk penghentian pertempuran jangka panjang, pertukaran tahanan, serta dimulainya kembali bantuan kemanusiaan di Jalur Gaza.
Mengutip laporan Middle East Monitor (MEMO), Jumat (25/4/2025), proposal tersebut mencakup beberapa poin utama, di antaranya pembebasan seluruh tawanan Israel di Gaza sebagai imbalan atas sejumlah tahanan Palestina, gencatan senjata selama lima tahun, dan pemberian jaminan internasional dan regional untuk menegakkan kesepakatan tersebut.
Salah satu sumber senior Hamas menyatakan bahwa pokok utama dalam proposal itu adalah pertukaran tahanan secara menyeluruh.
“Semua tawanan Israel yang tersisa akan dibebaskan sebagai bagian dari kesepakatan pertukaran dengan para tahanan Palestina,” ungkapnya.
Hamas juga menyerukan agar pasukan pendudukan Israel ditarik sepenuhnya dari wilayah Gaza. Selain itu, proposal menekankan dimulainya kembali proses rekonstruksi, penghentian blokade total, dan jaminan pengiriman bantuan kemanusiaan secara berkelanjutan.
Menurut dokumen yang tengah disusun, Hamas menyatakan kesediaannya untuk menyetujui gencatan senjata selama lima tahun, dengan catatan bahwa seluruh isi perjanjian ditegakkan oleh aktor-aktor regional dan internasional yang memiliki kapasitas menjamin implementasinya.
Poin penting lainnya termasuk penghentian penuh operasi militer Israel, pengembalian pasukan Israel ke posisi sebelum eskalasi 2 Maret 2025, serta pembentukan komite teknokrat independen yang akan mengelola urusan sipil di Gaza.
Gencatan senjata terakhir antara Israel dan Hamas tercapai pada Januari lalu, namun kembali runtuh ketika Israel menghentikan distribusi bantuan kemanusiaan dan melanjutkan serangan udara besar-besaran pada 18 Maret 2025.
Sejak agresi militer dimulai pada Oktober 2023, Kantor Media Pemerintah Gaza melaporkan bahwa lebih dari 61.000 warga Palestina tewas, sementara lebih dari 117.000 lainnya mengalami luka-luka, termasuk ribuan anak-anak.
Hingga saat ini, belum ada tanggapan resmi dari otoritas Israel terkait proposal baru ini. Pemerintah Mesir sebagai tuan rumah perundingan diperkirakan akan memfasilitasi proses negosiasi lanjutan dalam waktu dekat. []
Nur Quratul Nabila A