Harga Gabah di Tabanan Capai Rp 6.500 per Kilogram, Petani Sambut Kebijakan Serapan Bulog

GABAH - Seorang petani berusaha mengumpulkan gabah dari sisa-sisa perontokan padi di Pemogan, Denpasar. Untuk menekan terjadinya alih fungsi lahan, Pemkot Denpasar menetapkan sekitar 1000 hektar lahan pertanian abadi yang tak bisa diubah lagi peruntukannya. (foto/eka adhiyasa)

TABANAN – Dinas Pertanian Kabupaten Tabanan memastikan bahwa harga gabah kering saat ini terbilang stabil dan cukup menguntungkan bagi petani. Harga gabah kering panen (GKP) ditingkat petani mencapai Rp 6.500 per kilogram, seiring dengan kebijakan pemerintah melalui Badan Urusan Logistik (Bulog) yang menaikkan Harga Pembelian Pemerintah (HPP).

Kepala Dinas Pertanian Tabanan, I Made Subagia, menyampaikan bahwa musim panen padi di wilayahnya berlangsung dari Maret hingga Mei, yang umumnya menyebabkan penurunan harga gabah akibat pasokan melimpah. Namun, intervensi pemerintah tahun ini dinilai efektif menjaga stabilitas harga.

“Biasanya saat panen raya harga gabah turun, tetapi sekarang justru harga di tingkat petani mencapai Rp 6.500 per kilogram, dan diserap langsung oleh Bulog. Ini sangat kami apresiasi,” ujar Subagia, Kamis (24/4/2025).

Ia menambahkan, langkah pemerintah menyerap hasil panen melalui Bulog sangat membantu memutus rantai tengkulak yang kerap merugikan petani. Dengan harga yang lebih baik, petani juga dapat menutupi biaya operasional, termasuk pengolahan lahan dan pembelian pupuk.

Musim panen di Tabanan saat ini berlangsung di beberapa wilayah subak, termasuk Subak Aseman VI, Kecamatan Selemadeg Timur, serta di Kecamatan Tabanan, Penebel, dan Kediri. Rata-rata produksi padi di Subak Aseman mencapai 6,5 ton per hektar.

Salah satu petani Subak Aseman VI, I Gede Wirantaja, menyatakan kepuasannya atas kebijakan harga yang diterapkan pemerintah. Dari lahan seluas 60 are miliknya, ia berhasil memanen 3.946 kilogram gabah.

“Harga Rp 6.500 per kilogram sangat membantu kami petani. Penyerapan langsung oleh pemerintah menjamin harga jual yang stabil,” katanya.

Wirantaja juga berharap dukungan pemerintah terhadap petani terus berlanjut, terutama menghadapi tantangan perubahan cuaca dan biaya produksi yang tinggi.

“Petani tidak hanya menghadapi fluktuasi harga, tetapi juga risiko gagal panen akibat iklim yang tidak menentu. Kebijakan ini adalah bentuk nyata keberpihakan kepada petani,” tandasnya. []

Nur Quratul Nabila A

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *