Hegseth Umumkan Operasi Antiteror Narkotika
WASHINGTON DC – Situasi keamanan di Amerika Latin kembali memanas setelah Menteri Pertahanan Amerika Serikat (AS) Pete Hegseth mengumumkan operasi militer baru bertajuk Operation Southern Spear. Pengumuman tersebut dipublikasikan melalui platform media sosial X dan langsung menimbulkan kekhawatiran sejumlah pihak mengenai potensi eskalasi konflik di kawasan.
Hegseth, melalui unggahan pada Kamis (13/11/2025) waktu setempat, menyampaikan bahwa operasi itu dirancang untuk memerangi apa yang disebutnya sebagai “teroris narkotika” yang dianggap mengancam keamanan dalam negeri. “Hari ini, saya mengumumkan Operation SOUTHERN SPEAR,” tulis Hegseth. Ia menegaskan kembali tujuan operasi tersebut, yaitu “membela tanah air kita, menyingkirkan para teroris narkotika dari belahan Bumi kita, dan mengamankan tanah air kita dari narkoba yang membunuh rakyat kita.”
Meskipun pernyataannya bernada tegas, Hegseth tidak menguraikan secara rinci bagaimana operasi itu akan dilaksanakan. Tidak ada penjelasan pula mengenai apa yang membedakannya dari rangkaian operasi antinarkoba yang telah lebih dulu digencarkan AS dalam beberapa bulan terakhir.
Di bawah pemerintahan Presiden Donald Trump, pengerahan kekuatan militer AS di kawasan Karibia dan Pasifik Timur terus meningkat. Aset-aset Angkatan Laut dan Angkatan Udara dikirim dalam rangka apa yang disebut Washington sebagai operasi pemberantasan jaringan narkotika internasional. Sejak awal September, AS telah melancarkan serangan terhadap sedikitnya 20 kapal yang dicurigai mengangkut narkoba di perairan internasional. Data resmi menyatakan terdapat 76 korban jiwa dari operasi-operasi tersebut.
Ketika dimintai penjelasan lebih jauh mengenai Operation Southern Spear, juru bicara Pentagon menolak memberikan detail tambahan dan hanya merujuk pada unggahan Hegseth di media sosial.
Media CBS News sebelumnya melaporkan bahwa pejabat militer senior AS telah menyodorkan opsi terbaru kepada Trump, mencakup peluang intervensi militer di Venezuela, bahkan termasuk serangan darat. Laporan tersebut meningkatkan kekhawatiran publik internasional mengenai rencana jangka panjang Washington di Amerika Latin.
Di sisi lain, pemerintah Venezuela merespons pengerahan kekuatan AS dengan meningkatkan kesiagaan militer nasional. Pada Selasa (11/11/2025), Caracas mengumumkan mobilisasi pasukan besar-besaran menyusul kehadiran kapal induk USS Gerald R Ford di lepas pantai negara itu. Venezuela menilai peningkatan aktivitas militer AS, termasuk pengiriman jet tempur siluman F-35 ke Puerto Rico dan enam kapal perang ke kawasan Karibia, sebagai langkah yang berpotensi terkait rencana perubahan rezim.
Ketegangan meningkat, dan pengumuman operasi terbaru AS ini dipandang dapat memperluas risiko konflik di kawasan yang selama ini sensitif terhadap dinamika geopolitik global. []
Siti Sholehah.
