Houthi Kembali Tahan Staf PBB, Krisis Yaman Makin Memburuk

JAKARTA – Situasi keamanan dan kemanusiaan di Yaman kembali menjadi sorotan internasional setelah kelompok Houthi dilaporkan menangkap 10 staf lokal Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB) di Sanaa pada Kamis (18/12/2025) waktu setempat. Penangkapan ini menambah panjang daftar pegawai PBB dan pekerja kemanusiaan yang ditahan oleh kelompok milisi yang menguasai sebagian besar wilayah utara Yaman tersebut.

Penahanan terbaru ini memperburuk kekhawatiran PBB terhadap keselamatan personelnya yang masih bertugas di wilayah konflik. Kelompok Houthi selama bertahun-tahun kerap menuding staf PBB, organisasi non-pemerintah, serta jurnalis sebagai mata-mata asing, khususnya bagi Amerika Serikat dan Israel. Tuduhan tersebut telah berulang kali dibantah PBB dan komunitas internasional.

“Kami dapat mengkonfirmasi penahanan sewenang-wenang hari ini terhadap 10 anggota staf PBB oleh otoritas de facto Houthi di Sanaa, sehingga jumlah total tahanan PBB menjadi 69 orang,” kata Farhan Haq, Wakil Juru Bicara Sekretaris Jenderal PBB Antonio Guterres, dilansir Al Arabiya dan AFP, Jumat (19/12/2025).

PBB menegaskan bahwa seluruh staf yang ditahan merupakan warga negara Yaman yang bekerja untuk mendukung operasional kemanusiaan dan pembangunan. Penahanan tersebut dinilai menghambat upaya penyaluran bantuan kepada jutaan warga Yaman yang terdampak konflik berkepanjangan.

Penangkapan ini terjadi di tengah meningkatnya tekanan terhadap pemerintahan Houthi menyusul eskalasi konflik regional, terutama setelah perang di Gaza yang telah berlangsung lebih dari dua tahun. Sejak konflik tersebut, Houthi dilaporkan semakin agresif dalam menargetkan pihak-pihak yang mereka anggap memiliki keterkaitan dengan Barat dan sekutunya.

Selain itu, situasi internal Houthi juga mengalami guncangan setelah serangan Israel pada Agustus lalu menewaskan hampir setengah jajaran pemerintahan kelompok tersebut, termasuk perdana menteri versi mereka. Kondisi ini diyakini turut memicu peningkatan tindakan represif terhadap lembaga internasional.

Sekretaris Jenderal PBB Antonio Guterres sebelumnya telah mengangkat isu penahanan staf PBB dalam pertemuannya dengan Sultan Oman, Haitham bin Tariq. Oman selama ini dikenal memainkan peran penting sebagai mediator dalam konflik Yaman.

Pekan lalu, Guterres menyampaikan keprihatinan mendalam setelah mengetahui sejumlah staf yang ditahan dibawa ke pengadilan khusus yang dikelola Houthi. Ia mendesak agar proses hukum tersebut dihentikan dan para staf dibebaskan tanpa syarat.

Kelompok Houthi diketahui telah memanfaatkan sistem peradilan internal mereka untuk menekan lawan politik, organisasi masyarakat sipil, dan media. Bulan lalu, pengadilan Houthi bahkan menjatuhkan hukuman mati kepada 17 orang yang dituduh sebagai mata-mata asing.

Sebagai respons atas situasi yang kian memburuk, PBB pada pertengahan September lalu memindahkan koordinator kemanusiaannya dari Sanaa ke Aden, wilayah yang berada di bawah pemerintahan Yaman yang diakui secara internasional.

PBB kembali mengingatkan bahwa satu dekade perang saudara telah menjadikan Yaman sebagai salah satu krisis kemanusiaan terburuk di dunia, dengan jutaan orang bergantung pada bantuan internasional untuk bertahan hidup. []

Siti Sholehah.

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *