HUT Bank Kalbar ke-61, Rokidi Tegaskan Komitmen Menuju Pertumbuhan Berkelanjutan

HUT : Direktur Utama Bank Kalbar, H. Rokidi, SE, MM memberikan potongan tumpeng kepada Wakil Gubernur Kalbar, Krisantus Kurniawan,S.IP, M.Si di hari ulang tahun Bank Kalbar ke-61. (Foto : Istimewa)

PONTIANAK, PRUDENSI.COM-Bank Kalbar, baru saja memperingati hari jadi ke-61 pada 15 April 2025. Bank kebanggaan Masyarakat Kalbar ini berkomitmen tumbuh berkelanjutan dalam semangat kebersamaan, inovasi, dan pelayanan yang terbaik.

Adapun tema HUT Bank Kalbar kali ini mengusung, “Satu Naungan, Tumbuh Berkelanjutan.”

Tema ini mencerminkan harapan besar agar Bank Kalbar menjadi institusi keuangan yang tidak hanya kuat secara bisnis, namun juga bertanggung jawab secara sosial, lingkungan, dan tata kelola.

Direktur Utama Bank Kalbar, H. Rokidi, SE, MM menyebut, di usia 61 tahun, Bank Kalbar tumbuh berkembang dan semakin dewasa.

Dan dalam waktu yang tidak terlalu lama, Bank Kalbar juga akan berubah bentuk hukum dari Perseroan Terbatas menjadi Perusahaan Perseroan Daerah (Perseroda).

Rokidi mengenang masa JC Oevaang Oeray, Gubernur Kalimantan Barat yang menginisiasi lahirnya Bank Kalbar. Waktu itu, Bank Kalbar ibarat sebutir biji sawi yang sangat kecil.

“Saya titipkan kepada saudara-saudara dan masyarakat Kalimantan Barat, mari kita kembangkan dan sebarkan agar ia tumbuh dan memberi manfaat bagi kita semua,” demikian pesan Oevang Oeray kenang Rokidi.

Namun, seiring berjalannya waktu, Bank Kalbar berkembang profesional, sehat, dan berdaya saing tinggi.

Di samping itu, Bank Kalbar berperan aktif dalam mendorong pertumbuhan ekonomi daerah.

Di bawah kepemimpinan tujuh orang Orang Direktur Utama, termasuk Rokidi sejak 2021, Bank Kalbar terus menunjukkan kematangan dan pertumbuhan yang signifikan.

Walau dihadapkan tantangan, Rokidi menyebut, Bank Kalbar berhasil mencatat kinerja positif di berbagai aspek.

Hingga 31 Maret 2025 (Triwulan 1), Bank Kalbar membukukan laba sebesar Rp135,37 miliar, atau 107,34% dari target proporsional.

Secara tahunan (Year on Year), laba tersebut mencerminkan pertumbuhan signifikan sebesar 8,86%. Misalnya saja terkait aset.

Di tahun 2020 hanya Rp18.608.650, lalu tahun 2021 menjadi Rp23.236.975, tahun 2022 Rp23.579.226, dan 2023 naik lagi menjadi Rp25.012.718 dan tahun 2024 lalu, aset Bank Kalbar sudah mencapai Rp26.506.600

Tak hanya aset, kredit dan pembiayaan, dana pihak ketiga dan laba bersih Bank Kalbar di Tahun juga mengalami peningkatan daru tahun ke tahun.

Di samping itu juga, Bank Kalbar menunjukkan performa impresifnya dengan meraih berbagai penghargaan bergengsi tingkat nasional selama tahun 2024 hingga awal 2025.

Total sebanyak 19 penghargaan berhasil diboyong sepanjang tahun 2024. Tak hanya itu, Bank Kalbar juga meneguhkan posisinya sebagai BUMD terdepan di Indonesia.

Rokidi menyampaikan apresiasi kepada semua pihak yang telah mendukung dan berkontribusi dalam perjalanan Bank Kalbar.

Utamanya para pendiri dan jajaran manajemen terdahulu dan saat ini. Disamping itu, ia juga mengucapkan terimakasih kepada seluruh pemegang saham baik Gubernur, Bupati, Wali Kota dan anggota DPRD. Tak lupa, nasabah setia Bank Kalbar.

“Kami bertekad kedepannya menjadikan Bank Kalbar sebagai Bank Daerah yang berbasis Digital, yang didukung oleh SDM yang hebat, kompeten, dan berbasis imtaq serta imtek, guna memberikan layanan terbaik bagi masyarakat Kalimantan Barat dan Indonesia,” pungkasnya.(Ril/Rac)

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

Berita Lainnya

WELLINGTON — Kasus medis tak biasa terjadi di Selandia Baru setelah seorang remaja laki-laki berusia 13 tahun menelan hingga 100 magnet kecil berkekuatan tinggi yang dibelinya melalui platform belanja daring Temu. Aksi berbahaya tersebut berujung pada operasi besar setelah magnet-magnet itu menyebabkan kerusakan serius pada organ dalam tubuhnya. Remaja itu semula dibawa ke Rumah Sakit Tauranga, Pulau Utara, karena mengalami nyeri perut selama empat hari. Setelah dilakukan pemeriksaan medis, dokter menemukan adanya kumpulan magnet di dalam usus. “Dia mengungkapkan telah menelan sekitar 80–100 magnet berkekuatan tinggi (neodymium) berukuran 5×2 milimeter sekitar satu minggu sebelumnya,” tulis laporan di New Zealand Medical Journal, Jumat (24/10/2025). Magnet neodymium tersebut sejatinya sudah dilarang beredar di Selandia Baru sejak 2013 karena risiko keselamatan yang tinggi, terutama bagi anak-anak. Namun, laporan mengungkapkan bahwa remaja ini masih bisa membelinya secara daring melalui Temu, salah satu platform e-commerce asal Tiongkok yang tengah populer secara global. Hasil sinar-X memperlihatkan magnet-magnet itu menggumpal membentuk empat garis lurus di dalam perut sang remaja. “Ini tampaknya berada di bagian usus yang terpisah namun saling menempel akibat gaya magnet,” ujar pihak medis. Kondisi itu menyebabkan nekrosis, atau kematian jaringan, di empat area usus halus dan sekum, bagian dari usus besar. Tim dokter bedah kemudian melakukan operasi pengangkatan jaringan mati sekaligus mengeluarkan seluruh magnet dari tubuh pasien. Setelah menjalani perawatan intensif selama delapan hari, remaja tersebut akhirnya diperbolehkan pulang. Dalam laporan medisnya, dokter Binura Lekamalage, Lucinda Duncan-Were, dan Nicola Davis menulis bahwa kasus ini menjadi pengingat bahaya besar yang bisa timbul dari akses bebas anak-anak terhadap produk berisiko di pasar online. “Kasus ini tidak hanya menyoroti bahaya konsumsi magnet, tetapi juga bahaya pasar daring bagi populasi anak-anak kita,” tulis mereka. Selain itu, para ahli juga memperingatkan kemungkinan komplikasi jangka panjang akibat insiden ini, termasuk sumbatan usus, hernia perut, serta nyeri kronis yang dapat muncul di kemudian hari. Menanggapi laporan tersebut, pihak Temu menyampaikan penyesalan dan berjanji akan menyelidiki kasus ini secara menyeluruh. “Kami telah meluncurkan tinjauan internal dan menghubungi penulis artikel New Zealand Medical Journal untuk mendapatkan informasi lebih lanjut,” ujar juru bicara Temu dalam pernyataan resminya. Namun, Temu menyebut belum dapat memastikan apakah magnet yang digunakan anak tersebut benar-benar dibeli melalui platform mereka. “Meskipun demikian, tim kami sedang meninjau daftar produk yang relevan untuk memastikan kepatuhan penuh terhadap peraturan keselamatan setempat,” tambahnya. Temu, yang merupakan raksasa e-commerce asal Tiongkok, beberapa kali dikritik di pasar internasional, termasuk di Uni Eropa, karena dinilai belum cukup tegas dalam menyaring produk berbahaya atau ilegal yang beredar di platformnya. Kasus ini menegaskan pentingnya pengawasan orang tua terhadap aktivitas belanja dan penggunaan internet oleh anak-anak, sekaligus menjadi peringatan bahwa satu klik di dunia digital bisa berujung pada konsekuensi serius di dunia nyata.