HUT ke-21 Desa Sanggulan, Simbol Persatuan dan Kebersamaan

KUTAI KARTANEGARA – Peringatan Hari Ulang Tahun (HUT) ke-21 Desa Sanggulan berlangsung meriah dan sarat makna. Ribuan warga memadati Lapangan Futsal Desa Sanggulan, Kecamatan Sebulu, Sabtu (27/12/2025), untuk mengikuti puncak rangkaian kegiatan yang telah digelar sejak 17 Desember 2025.

Momentum HUT desa kali ini semakin istimewa dengan kehadiran Bupati Kutai Kartanegara, Aulia Rahman Basri, yang menyaksikan secara langsung tradisi Beseprah, sebuah tradisi makan bersama dengan duduk sama rendah tanpa sekat. Tradisi ini menjadi simbol persatuan, kesetaraan, dan kebersamaan masyarakat Desa Sanggulan.

Kepala Desa Sanggulan, Fahruddin, menyampaikan bahwa peringatan HUT ke-21 tidak hanya dirancang sebagai pesta rakyat, tetapi juga sebagai ruang mempererat solidaritas sosial. Melalui tema besar yang diusung, pemerintah desa ingin menegaskan komitmen membangun desa berbasis penguatan sumber daya manusia dan kemandirian ekonomi.

“Beseprah mengajarkan kita bahwa pembangunan desa harus dimulai dari kebersamaan. Tidak ada sekat sosial, semua duduk bersama sebagai satu keluarga besar Desa Sanggulan,” ujar Fahruddin.

Selain tradisi Beseprah, rangkaian acara diisi dengan tausiah agama dan penampilan Habsyi. Unsur religius ini menjadi penyeimbang di tengah euforia perayaan, sekaligus wujud rasa syukur masyarakat atas perjalanan 21 tahun Desa Sanggulan.

Bupati Aulia Rahman Basri mengapresiasi kuatnya partisipasi masyarakat dalam setiap rangkaian kegiatan. Ia menilai Desa Sanggulan sebagai contoh desa yang mampu menjaga harmoni sosial sekaligus bergerak maju dalam pembangunan.

Menurut Aulia, keharmonisan sosial merupakan modal utama dalam mewujudkan pembangunan berkelanjutan. Oleh karena itu, Pemerintah Kabupaten Kukar berkomitmen untuk terus mendukung desa-desa melalui berbagai program strategis, termasuk bantuan Rp150 juta per RT dan penguatan 17 Program Dedikasi Kukar Idaman Terbaik.

Perayaan HUT ke-21 Desa Sanggulan menjadi bukti bahwa pembangunan tidak hanya soal angka dan proyek, tetapi juga tentang menjaga nilai budaya, memperkuat persatuan, dan memastikan masyarakat tetap menjadi subjek utama pembangunan di Kutai Kartanegara. []

Penulis: Anggi Triomi | Penyunting: Aulia Setyaningrum

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *