India Rilis Laporan Awal Kecelakaan Air India, Sakelar Mesin Diduga Jadi Pemicu

NEW DELHI — Pemerintah India melalui Biro Investigasi Kecelakaan Pesawat (AAIB) merilis laporan awal terkait kecelakaan pesawat Air India yang menewaskan 279 orang pada 12 Juni lalu.
Hasil investigasi awal mengungkap bahwa pergerakan tak lazim pada sakelar pemutus bahan bakar mesin menjadi salah satu penyebab utama hilangnya daya dorong pesawat sesaat setelah lepas landas.
Dalam laporan yang diterbitkan Sabtu (12/7/2025), tim penyelidik menyebut bahwa tiga detik setelah pesawat Boeing 787 Dreamliner lepas landas dari Bandara Sardar Vallabhbhai Patel, Ahmedabad, menuju London, kedua sakelar pemutus bahan bakar mesin hampir secara bersamaan berpindah dari posisi run ke cutoff.
Akibatnya, aliran bahan bakar ke mesin terhenti, menyebabkan mesin kehilangan daya dan pesawat jatuh dalam hitungan detik.
“Mengapa mematikan bahan bakar?” terdengar suara pilot dalam rekaman kokpit sesaat sebelum jatuh.
“Saya tidak melakukannya,” jawab pilot lainnya, seperti dikutip dari laporan investigasi.
Tim belum dapat mengidentifikasi secara pasti siapa di antara kapten dan kopilot yang mengucapkan kalimat tersebut. Begitu pula, belum diketahui siapa yang menyampaikan panggilan darurat “Mayday, Mayday, Mayday” sebelum pesawat menghantam permukiman padat penduduk di pinggiran Ahmedabad.
Menariknya, sakelar pemutus bahan bakar ditemukan dalam posisi run di lokasi kecelakaan, dan terdapat indikasi bahwa kedua mesin sempat kembali menyala sebelum kecelakaan terjadi di ketinggian rendah. Namun, waktu dan kondisi tidak memungkinkan pemulihan daya angkat pesawat.
Kedua awak kokpit diketahui merupakan pilot berpengalaman dengan total 19.000 jam terbang, termasuk lebih dari 9.000 jam menggunakan pesawat Boeing 787.
Laporan belum dapat menjelaskan bagaimana sakelar bahan bakar berpindah ke posisi cutoff, karena tidak ditemukan indikasi keadaan darurat atau kerusakan teknis yang dapat memicu pemutusan bahan bakar secara otomatis.
Pakar keselamatan penerbangan dari Amerika Serikat, Anthony Brickhouse, menyebut bahwa fokus penyelidikan kini adalah mengetahui apakah sakelar berpindah akibat kesalahan manusia atau kegagalan sistem.
“Apakah sakelar itu dipindahkan secara sengaja oleh pilot, tidak sengaja, atau bergerak sendiri? Dan jika oleh pilot, mengapa hal itu dilakukan pada saat kritis?” ujar Brickhouse.
Sementara itu, pakar lainnya, John Cox, menegaskan bahwa hampir mustahil bagi pilot untuk secara tidak sengaja memindahkan sakelar ke posisi cutoff, kecuali dalam situasi yang sangat ekstrem seperti kebakaran mesin, yang dalam kasus ini tidak ditemukan.
Hingga laporan ini dirilis, pihak Air India, Boeing, dan GE Aerospace—pemasok mesin pesawat—belum memberikan tanggapan atas temuan awal ini. Investigasi masih berlangsung dan laporan akhir diharapkan rampung dalam waktu satu tahun, sesuai dengan ketentuan internasional.
Kedua black box pesawat, yang memuat data penerbangan dan suara kokpit, telah berhasil diunduh beberapa hari setelah insiden dan menjadi kunci utama dalam penyelidikan.
AAIB menegaskan bahwa pada tahap ini belum ada rekomendasi tindakan kepada maskapai atau produsen, seraya menegaskan pentingnya kelanjutan investigasi untuk mengungkap faktor-faktor teknis dan operasional secara menyeluruh.
Kecelakaan Air India ini merupakan tragedi penerbangan paling mematikan di dunia dalam satu dekade terakhir dan memicu sorotan terhadap prosedur keselamatan maskapai milik negara tersebut. []
Nur Quratul Nabila A