Inovasi Coklat Lung Anai Menembus Pasar Modern

KUTAI KARTANEGARA – Pemerintah Desa (Pemdes) Lung Anai, Kecamatan Loa Kulu, terus menunjukkan keseriusan dalam mengembangkan potensi ekonomi kreatif berbasis sumber daya lokal. Melalui program unggulan “Desa Coklat Lung Anai”, desa ini berhasil melahirkan produk olahan cokelat yang kini kian dikenal luas, bahkan mulai menembus pasar modern di berbagai wilayah Kalimantan Timur (Kaltim).

Rumah produksi Coklat Lung Anai, yang dikelola langsung oleh Pemdes, kini menjadi pusat aktivitas ekonomi masyarakat. Sejumlah warga terlihat sibuk mengolah biji kakao menjadi produk cokelat dengan berbagai varian rasa. Kepala Desa Lung Anai, Lukas, menjelaskan bahwa inovasi rasa merupakan bagian dari strategi memperluas pasar dan memperkenalkan produk desa kepada masyarakat luas.

“Kami meluncurkan varian rasa susu, keju, mete, coklat hitam, dan coklat bubuk. Semuanya dikembangkan dari bahan utama coklat pilihan yang diolah oleh warga sendiri,” jelas Lukas saat ditemui pada Jumat (24/10/2025).

Menurut Lukas, selain menghadirkan varian rasa baru, pihaknya juga memperbarui kemasan dan ukuran agar lebih menarik dan mudah dijangkau berbagai kalangan. “Coklat varian baru kami jual seharga Rp20 ribu per kemasan, sedangkan coklat ukuran besar tetap di harga Rp30 ribu. Kami ingin semua kalangan bisa menikmati cita rasa khas Desa Lung Anai,” ujarnya.

Ia menambahkan bahwa langkah inovatif ini sejalan dengan visi pemerintah desa dalam memperkuat ekonomi kreatif berbasis potensi lokal. Seluruh bahan baku, termasuk biji kakao, sebagian besar berasal dari petani setempat. “Dengan begitu, perputaran ekonomi bisa langsung dirasakan masyarakat desa,” tambahnya.

Di sisi lain, aktivitas di rumah produksi juga menunjukkan peningkatan signifikan. Yurni, salah satu karyawan, menuturkan bahwa seluruh proses pengolahan dilakukan secara teliti agar cita rasa cokelat tetap terjaga. “Mulai dari pemilihan biji kakao, pengeringan, hingga proses pencampuran bahan tambahan semuanya dilakukan di sini. Kami menjaga kualitas agar rasa coklat tetap khas,” ujarnya.

Menurutnya, setiap varian memiliki karakteristik tersendiri. “Varian susu memiliki rasa manis lembut, keju memberikan sensasi gurih, sedangkan coklat hitam menawarkan pahit legit yang kuat. Kami ingin memberikan pengalaman rasa yang lengkap bagi pembeli,” tambah Yurni.

Saat ini, Produk Coklat Lung Anai telah dipasarkan di berbagai lokasi strategis, termasuk Unikarta Mart Tenggarong, Bandara Internasional Sultan Aji Muhammad Sulaiman Balikpapan, dan kawasan Ibu Kota Nusantara (IKN) di Penajam Paser Utara.

“Langkah ini adalah bukti bahwa produk desa bisa bersaing dan dikenal luas. Kami ingin Coklat Lung Anai menjadi ikon olahan desa yang membanggakan Kutai Kartanegara,” tegas Lukas.

Melalui inovasi, kemandirian produksi, dan komitmen pemerintah desa terhadap pemberdayaan masyarakat, Desa Lung Anai berhasil menunjukkan bahwa desa mampu menghasilkan produk berkualitas yang tidak kalah dengan merek besar. “Kami ingin menunjukkan bahwa desa mampu menghasilkan produk berkualitas yang tidak kalah dengan brand besar,” tutup Lukas. []

Penulis: Anggi Triomi | Penyunting: Aulia Setyaningrum

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

Berita Lainnya

WELLINGTON — Kasus medis tak biasa terjadi di Selandia Baru setelah seorang remaja laki-laki berusia 13 tahun menelan hingga 100 magnet kecil berkekuatan tinggi yang dibelinya melalui platform belanja daring Temu. Aksi berbahaya tersebut berujung pada operasi besar setelah magnet-magnet itu menyebabkan kerusakan serius pada organ dalam tubuhnya. Remaja itu semula dibawa ke Rumah Sakit Tauranga, Pulau Utara, karena mengalami nyeri perut selama empat hari. Setelah dilakukan pemeriksaan medis, dokter menemukan adanya kumpulan magnet di dalam usus. “Dia mengungkapkan telah menelan sekitar 80–100 magnet berkekuatan tinggi (neodymium) berukuran 5×2 milimeter sekitar satu minggu sebelumnya,” tulis laporan di New Zealand Medical Journal, Jumat (24/10/2025). Magnet neodymium tersebut sejatinya sudah dilarang beredar di Selandia Baru sejak 2013 karena risiko keselamatan yang tinggi, terutama bagi anak-anak. Namun, laporan mengungkapkan bahwa remaja ini masih bisa membelinya secara daring melalui Temu, salah satu platform e-commerce asal Tiongkok yang tengah populer secara global. Hasil sinar-X memperlihatkan magnet-magnet itu menggumpal membentuk empat garis lurus di dalam perut sang remaja. “Ini tampaknya berada di bagian usus yang terpisah namun saling menempel akibat gaya magnet,” ujar pihak medis. Kondisi itu menyebabkan nekrosis, atau kematian jaringan, di empat area usus halus dan sekum, bagian dari usus besar. Tim dokter bedah kemudian melakukan operasi pengangkatan jaringan mati sekaligus mengeluarkan seluruh magnet dari tubuh pasien. Setelah menjalani perawatan intensif selama delapan hari, remaja tersebut akhirnya diperbolehkan pulang. Dalam laporan medisnya, dokter Binura Lekamalage, Lucinda Duncan-Were, dan Nicola Davis menulis bahwa kasus ini menjadi pengingat bahaya besar yang bisa timbul dari akses bebas anak-anak terhadap produk berisiko di pasar online. “Kasus ini tidak hanya menyoroti bahaya konsumsi magnet, tetapi juga bahaya pasar daring bagi populasi anak-anak kita,” tulis mereka. Selain itu, para ahli juga memperingatkan kemungkinan komplikasi jangka panjang akibat insiden ini, termasuk sumbatan usus, hernia perut, serta nyeri kronis yang dapat muncul di kemudian hari. Menanggapi laporan tersebut, pihak Temu menyampaikan penyesalan dan berjanji akan menyelidiki kasus ini secara menyeluruh. “Kami telah meluncurkan tinjauan internal dan menghubungi penulis artikel New Zealand Medical Journal untuk mendapatkan informasi lebih lanjut,” ujar juru bicara Temu dalam pernyataan resminya. Namun, Temu menyebut belum dapat memastikan apakah magnet yang digunakan anak tersebut benar-benar dibeli melalui platform mereka. “Meskipun demikian, tim kami sedang meninjau daftar produk yang relevan untuk memastikan kepatuhan penuh terhadap peraturan keselamatan setempat,” tambahnya. Temu, yang merupakan raksasa e-commerce asal Tiongkok, beberapa kali dikritik di pasar internasional, termasuk di Uni Eropa, karena dinilai belum cukup tegas dalam menyaring produk berbahaya atau ilegal yang beredar di platformnya. Kasus ini menegaskan pentingnya pengawasan orang tua terhadap aktivitas belanja dan penggunaan internet oleh anak-anak, sekaligus menjadi peringatan bahwa satu klik di dunia digital bisa berujung pada konsekuensi serius di dunia nyata.