Iran Siap Hadapi Serangan, Ayatollah Khamenei Tolak Tekanan AS

TEHERAN – Ketegangan terkait program nuklir Iran kembali meningkat setelah Kepala Staf Angkatan Bersenjata Iran, Mayor Jenderal Mohammad Baqeri, menyatakan bahwa kemampuan pertahanan udara negaranya mengalami peningkatan signifikan. Pernyataan ini disampaikan di tengah kebuntuan diplomatik dengan Amerika Serikat dan pengerahan kekuatan militer AS ke kawasan.

Dalam forum pertemuan pertahanan udara nasional, Baqeri mengungkapkan bahwa dalam kurun waktu satu tahun terakhir, jumlah sistem radar, perangkat pemantauan, dan deteksi udara di Iran meningkat lima kali lipat. Selain itu, kemampuan Iran untuk mencegat dan menghancurkan ancaman di udara juga dilaporkan meningkat hingga tiga kali lipat.

“Wilayah udara Iran berada dalam pengawasan penuh. Jika musuh melakukan kesalahan atau berniat menyerang Republik Islam, pasukan bersenjata kami siap menghadapi mereka dengan kekuatan penuh,” tegas Baqeri, seperti dikutip dari kantor berita IRNA, Rabu (21/5/2025).

Pernyataan ini muncul di saat Amerika Serikat memperkuat posisi militernya. Enam pesawat tempur F-15 dilaporkan telah ditempatkan di Pangkalan Udara Diego Garcia, Samudra Hindia, lokasi yang strategis untuk melancarkan serangan udara ke wilayah Iran. Juru bicara Komando Indo-Pasifik AS, Komandan Matthew Comer, menyebut pengerahan ini sebagai bagian dari “perlindungan kekuatan”.

Kebijakan keras Washington terhadap program nuklir Iran kembali mencuat setelah Presiden Donald Trump menyampaikan isyarat kemungkinan tindakan militer jika jalur diplomasi menemui jalan buntu. Amerika Serikat menuntut Iran menghentikan pengayaan uranium yang dianggap sebagai potensi jalur menuju pengembangan senjata nuklir.

Namun, pemimpin tertinggi Iran, Ayatollah Ali Khamenei, memberikan tanggapan tegas. Dalam unggahan di akun media sosial X, ia menyebut pernyataan AS sebagai “omong kosong total” dan menegaskan bahwa Iran tidak akan menyerah pada tekanan eksternal.

Iran selama ini bersikeras bahwa aktivitas pengayaan uraniumnya dilakukan untuk tujuan damai, khususnya dalam sektor energi dan medis, serta tetap berada di bawah pengawasan Badan Energi Atom Internasional (IAEA).

Namun, kekhawatiran terus diungkap oleh AS, Israel, dan sejumlah pengamat IAEA terhadap peningkatan kapasitas nuklir Iran yang dinilai dapat dimanfaatkan untuk kepentingan militer.

Sementara itu, Iran juga dikabarkan telah memperkenalkan rudal balistik baru yang diklaim mampu menjangkau target-target milik Amerika Serikat. Langkah ini menambah eskalasi kekuatan militer kedua pihak yang kini berjalan beriringan dengan perundingan diplomatik yang semakin tidak pasti.

Dengan ketegangan yang terus meningkat, situasi di Timur Tengah kembali berada dalam sorotan internasional. Meskipun perundingan antara Teheran dan Washington dijadwalkan tetap berlanjut, berbagai pihak mulai meragukan kemungkinan tercapainya kesepakatan damai dalam waktu dekat. []

Nur Quratul Nabila A

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *