Isak Tangis Sambut Jenazah Diplomat RI Korban Penembakan di Peru

JAKARTA – Jenazah staf Kedutaan Besar Republik Indonesia (KBRI) di Lima, Peru, Zetro Leonardo Purba, tiba di Indonesia pada Selasa (09/09/2025) malam setelah menempuh perjalanan panjang sekitar 40 jam. Kedatangan almarhum menjadi momen penuh haru bagi keluarga, sahabat, dan rekan-rekan kerja yang menanti di Rumah Duka Sentosa, RSPAD Gatot Soebroto, Jakarta Pusat.
Puluhan karangan bunga belasungkawa berderet rapi di sekitar rumah duka, menjadi simbol penghormatan terakhir bagi Zetro. Tangis pecah saat keluarga inti menyambut kehadiran peti jenazah, menandai kepulangan putra bangsa yang gugur di tanah perantauan.
Jenazah dipulangkan melalui rute panjang, yakni dari Lima menuju Amsterdam, lalu Kuala Lumpur, sebelum akhirnya mendarat di Bandara Soekarno-Hatta. Dari bandara, jenazah langsung dibawa ke RSPAD Gatot Soebroto untuk disemayamkan. Setelah prosesi persemayaman, rencananya jenazah akan diberangkatkan ke kediaman keluarga di Ciputat, Tangerang Selatan, sebelum dimakamkan.
Zetro meninggal dunia pada 1 September 2025 akibat penembakan oleh orang tak dikenal saat bersepeda di depan apartemennya di kawasan Lince, Lima. Insiden itu mengejutkan komunitas Indonesia di Peru, mengingat Zetro dikenal sebagai pribadi ramah dan aktif dalam kegiatan sosial.
Kepolisian Nasional Peru menyebut kasus ini merupakan tindakan pembunuhan berencana. Menteri Dalam Negeri Peru, Carlos Malaver, menegaskan, “Peristiwa tersebut bukan perampokan. Pelaku memang menunggu korban lalu menembak kepalanya tanpa mengambil barang-barang milik korban.” Pernyataan itu memperkuat dugaan bahwa Zetro menjadi korban aksi pembunuh bayaran.
Hingga kini, penyelidikan masih dilakukan oleh otoritas keamanan Peru. Pemerintah Indonesia melalui KBRI Lima terus menjalin koordinasi erat untuk memastikan kasus ini diusut secara tuntas dan transparan. Pemerintah Indonesia menekankan bahwa keadilan harus ditegakkan demi menghormati korban dan memberikan kepastian bagi keluarga yang ditinggalkan.
Kehilangan Zetro bukan hanya duka bagi keluarga, tetapi juga bagi jajaran Kementerian Luar Negeri. Sebagai staf diplomatik, ia dikenal memiliki dedikasi tinggi dalam menjalankan tugas negara. Tragedi ini sekaligus menjadi pengingat akan risiko besar yang kerap dihadapi diplomat Indonesia di luar negeri, bahkan ketika berada di luar jam tugas resmi.
Bagi keluarga, kembalinya Zetro dalam keadaan tak bernyawa adalah luka yang dalam. Namun, penghormatan dari negara, rekan sejawat, dan masyarakat menjadi bukti bahwa pengabdian seorang diplomat tak pernah dilupakan. Doa dan harapan pun dipanjatkan agar pelaku segera ditangkap, dan keadilan ditegakkan untuk mendiang Zetro Leonardo Purba. []
Diyan Febriana Citra.