Israel dan Hamas Sepakat Gencatan Senjata 60 Hari di Gaza, Dimediasi AS dan Sekutu Regional

GAZA – Pemerintah Israel dan kelompok Hamas dilaporkan telah menyetujui usulan gencatan senjata selama 60 hari di Jalur Gaza.

Kesepakatan ini diprakarsai oleh Amerika Serikat (AS) dan menjadi bagian dari upaya intensif diplomatik yang juga dimediasi oleh Qatar dan Mesir.

Kesepakatan tersebut muncul di tengah meningkatnya eskalasi konflik dalam beberapa hari terakhir, termasuk serangan udara dan operasi darat besar-besaran yang dilakukan militer Israel di Gaza.

Operasi tersebut, yang diberi sandi “Operation Gideon’s Chariots” (Operasi Kereta Perang Gideon), merupakan salah satu ofensif terbesar sejak konflik kembali pecah tahun lalu.

Perdana Menteri Israel Benjamin Netanyahu dikabarkan telah memberikan sinyal persetujuan terhadap “peta jalan” perdamaian yang diajukan oleh utusan khusus AS, Steve Witkoff.

Sinyal tersebut disampaikan dalam pertemuan tertutup dengan keluarga para sandera yang masih ditahan oleh Hamas di Gaza.

Surat kabar Haaretz mengutip seorang pejabat Israel yang menjelaskan bahwa sebagai bagian dari kesepakatan, Hamas akan membebaskan 10 sandera Israel yang masih hidup dan menyerahkan 18 jenazah korban. Sebagai imbalannya, Israel menyetujui penghentian serangan militer selama 60 hari.

Media-media Arab juga melaporkan bahwa Hamas telah menyetujui pertukaran tersebut, meskipun sumber dari The Jerusalem Post mengindikasikan bahwa pihak Hamas menyimpan kekhawatiran terhadap keberpihakan Amerika Serikat dalam proposal tersebut.

Hamas disebut mencurigai bahwa gencatan senjata tidak akan benar-benar diperpanjang menjadi permanen dan justru menguntungkan posisi strategis Israel.

Kendati kesepakatan telah dicapai, Perdana Menteri Netanyahu menegaskan bahwa kampanye militer terhadap Hamas akan terus berlanjut hingga kelompok tersebut “dikalahkan sepenuhnya.”

Ia menyatakan bahwa gencatan senjata bersifat sementara dan bukan sinyal penghentian permanen operasi militer Israel.

Sementara itu, proses mediasi yang dilakukan di Doha oleh Qatar, Mesir, dan AS telah berlangsung selama beberapa bulan.

Namun, sampai saat ini hasilnya masih terbatas. Gencatan senjata terbaru ini dianggap sebagai langkah signifikan pertama menuju meredakan ketegangan dan membuka ruang bagi negosiasi damai jangka panjang.

Konflik berkepanjangan di Gaza telah menyebabkan krisis kemanusiaan yang mendalam, dengan ribuan warga sipil kehilangan tempat tinggal dan akses terbatas terhadap makanan, obat-obatan, serta layanan kesehatan.

Gencatan senjata selama dua bulan ini diharapkan dapat membuka akses bantuan kemanusiaan secara lebih luas dan memungkinkan tercapainya solusi damai yang lebih berkelanjutan. []

Nur Quratul Nabila A

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *