Jalan Haji Muhammad Siantan di Tarempa Timur Rusak Parah, PUPR Rencanakan Perbaikan 2025
KEPULAUAN RIAU – Kondisi jalan di Desa Tarempa Timur, Kecamatan Siantan, Kepulauan Riau (Kepri), tepatnya Jalan Haji Muhammad Siantan saat ini mengalami kerusakan dan berpotensi membahayakan pengguna jalan.
Pantauan di lapangan, jalan tersebut mengalami keretakan sekira satu meter lebih dan amblas sekira 15 centimeter (cm) serta tanah di bawah jalan itu pun terlihat kosong.
Saat ini, di jalan tersebut telah dipasang safety cone untuk memberikan rambu-rambu kepada pengguna jalan.
Kepala Bidang Bina Marga Dinas Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat (PUPR)-Perumahan Rakyat dan Kawasan Pemukiman (PRKP) Anambas, Amiruddin mengatakan, pihaknya telah mendapat kabar tentang jalan rusak itu dari Dinas Perhubungan (Dishub) dan Lingkungan Hidup (LH) pada tanggal 21 November 2024 lalu.
“Jadi saat ini penanganannya kita koordinasikan dengan Dishub untuk dipasang safety cone. Ini sudah kita bahas, mungkin di tahun 2025 baru kita kerjakan,” ucapnya saat dikonfirmasi koranbatam, Kamis (28/11/2024).
Amiruddin menjelaskan, jalan rusak yang merupakan ruas jalan kabupaten itu dibangun pada tahun 2016 dan pihaknya juga sudah pernah mengusulkan untuk melakukan rehabilitasi pada tahun 2023 dan menawarkan kepada rekanan (PT AMP) dengan anggaran Rp2 milliar. Namun pihak rekanan tidak mampu mengerjakan jalan tersebut dengan nominal angggaran itu.
“Jadi di tahun 2023 itu sudah pernah dianggarkan untuk pelaksanaan rekonstruksinya dengan anggaran Rp2 milliar. Namun pihak rekanan tidak mampu mengerjakannya jika dengan anggaran segitu,” sebutnya.
Untuk itu, Amiruddin pun mengusulkan di tahun 2025 untuk anggaran perbaikan jalan tersebut sebesar Rp6 milliar, namun yang disetujui pagu anggarannya hanya Rp2,8 milliar.
“Kita mengusulkan Rp6 milliar tapi yang disetujui hanya Rp2,8 milliar pagu anggarannya,” ujar dia.
Menurutnya, rusaknya jalan itu dikarenakan lokasi jalan yang berbatuan dan juga keterbatasan alat sehingga pembangunannya kurang maksimal.
“Itu daerah kan berbatuan, mungkin dulu saat pembuatan jalan itu tidak maksimal pembuatannya karena keterbatasan alat,” pungkasnya. []
Nur Quratul Nabila A