Jembatan Sei Nibung Bisa Tekan Biaya Logistik

ADVERTORIAL – Pembangunan Jembatan Sei Nibung di Kabupaten Kutai Timur kembali menjadi sorotan menyusul harapan legislator Kalimantan Timur, Makmur HAPK, agar proyek ini dapat dirampungkan pada tahun 2025. Jembatan ini dinilai vital karena menjadi penghubung utama antara Kutim dan Kabupaten Berau, sekaligus mendukung pemerataan infrastruktur di wilayah pesisir timur laut provinsi.

Dalam keterangannya kepada awak media seusai mengikuti rapat Paripurna ke-17 DPRD Kaltim, Rabu (11/06/2025), Makmur menyoroti kondisi ketimpangan akses yang masih dihadapi warga setempat. “Tahun ini mudah-mudahan akan selesai, harapan saya seperti itu, karena sayang jalan yang sudah dibuat dan sudah diaspal, tetapi jembatannya untuk menyebrang menggunakan fery kayu,” ujarnya.

Saat ini, jalur darat antara Kutim dan Berau memang telah terbentuk, namun belum optimal lantaran jembatan penghubung utama masih belum dapat difungsikan. Warga masih harus mengandalkan penyeberangan kayu tradisional yang tidak hanya memakan waktu, tetapi juga biaya yang tidak sedikit.

Jembatan Sei Nibung sendiri berada di Desa Kadungan Jaya, Kecamatan Kaubun, dan menjadi jalur terpendek menuju Berau. Menurut Makmur, infrastruktur tersebut dapat memberikan dampak signifikan bagi sektor logistik dan wisata. “Jembatan itu sebagai jalan lebih pendek menghubungkan Kutim dengan Berau dan beberapa daerah-daerah kawasan destinasi wisata karena pulau-pulau yang ada di sekitar daerah itu terpelihara dengan baik,” ucap politisi Partai Gerindra itu.

Dampak ekonomi dari belum tuntasnya pembangunan jembatan juga dirasakan masyarakat. Ongkos distribusi barang menjadi tinggi, menyebabkan harga kebutuhan pokok pun ikut melambung. “Biaya satu orang dari Biduk-biduk menuju Samarinda harus membayar Rp600.000 dan melewati sungai itu, jadi Pemerintah Provinsi dan pemerintah daerah harus sinergi,” tutur Makmur, yang juga merupakan wakil rakyat dari daerah pemilihan Berau, Kutim, dan Bontang.

Ia menjelaskan, jembatan yang memiliki panjang sekitar 150 meter ini diproyeksikan tidak hanya menunjang mobilitas penduduk, tetapi juga menjadi pemicu geliat sektor pariwisata. Dengan terbukanya akses ke destinasi seperti Pulau Kaniungan dan Pantai Teluk Sulaiman, geliat wisata diharapkan meningkat. “Jembatan tidak terlalu lebar, kecil sekali dan mudah-mudahan tahun ini bisa dimanfaatkan dengan baik dan itu juga suatu hal yang luar biasa kalau sudah terhubung,” tutup Makmur. Dalam konteks pembangunan wilayah utara Kaltim, penyelesaian Jembatan Sei Nibung mencerminkan urgensi percepatan infrastruktur dasar, sekaligus menggarisbawahi pentingnya sinergi antara pemerintah provinsi dan daerah dalam menjembatani kebutuhan rakyat dan visi pembangunan berkelanjutan.

Penulis: Nur Quratul Nabila | Penyunting: Enggal Triya Amukti

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *