Kalbar Masuk Tiga Besar Karhutla Terluas 2025, Menhut: Jangan Lengah Hadapi Kemarau

PONTIANAK — Kalimantan Barat kembali mencatatkan namanya dalam daftar tiga besar provinsi dengan kebakaran hutan dan lahan (karhutla) terluas di Indonesia pada tahun 2025.
Berdasarkan data Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan (KLHK), hingga 22 April 2025, luas lahan terdampak karhutla di provinsi ini mencapai 494 hektare.
Angka tersebut menempatkan Kalbar di posisi kedua secara nasional, berada di bawah Riau dengan 699 hektare dan di atas Aceh yang mencatatkan 296 hektare. Secara keseluruhan, luas karhutla di Indonesia tercatat mencapai 3.207 hektare, yang terdiri atas 1.227 hektare lahan gambut dan 1.980 hektare tanah mineral.
Dalam Apel Kesiapsiagaan Nasional Karhutla Tahun 2025 yang diselenggarakan di Pontianak pada Kamis (6/6/2025), Menteri Lingkungan Hidup dan Kehutanan, Raja Juli Antoni, mengingatkan seluruh pihak agar tidak lengah menghadapi potensi kebakaran hutan yang masih menjadi ancaman, terlebih dengan mulai masuknya musim kemarau.
“Capaian penurunan luas karhutla harus kita syukuri, namun jangan sampai membuat kita lengah. Kita harus tetap siaga, tidak boleh sombong, dan terus memperkuat kesiapan menghadapi ancaman karhutla,” ujar Raja Juli dalam sambutannya.
Menteri Raja Juli menyebutkan bahwa Indonesia berhasil menurunkan luas karhutla secara signifikan dalam satu dekade terakhir.
Jika pada 2015 luas karhutla mencapai 2,6 juta hektare, maka pada 2019 turun menjadi 1,6 juta hektare dan berkurang lagi menjadi 1,1 juta hektare pada 2023. Adapun pada 2024, luas karhutla tercatat hanya 24.154 hektare, turun sekitar 74 persen dibanding tahun sebelumnya.
Penurunan signifikan juga tercatat di Kalimantan Barat. Berdasarkan data KLHK, luas karhutla di Kalbar mencapai puncaknya pada 2019 dengan total 151.919 hektare, dan turun drastis menjadi 24.154 hektare pada 2024. Artinya, dalam lima tahun terakhir, Kalbar telah berhasil memangkas luas karhutla hingga 84 persen.
Selain itu, Kalbar juga tidak tercatat sebagai provinsi penyumbang kabut asap lintas batas dalam kurun lima tahun terakhir. Meski demikian, hal ini bukan menjadi alasan untuk mengendurkan kewaspadaan.
Raja Juli menekankan bahwa kesiapsiagaan perlu terus dijaga, terutama karena Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG) memprediksi musim kemarau akan mulai berlangsung di wilayah Kalbar pada Juni, meskipun sebagian besar wilayah Indonesia sedang mengalami pengaruh La Nina yang membawa curah hujan lebih tinggi dari normal.
“Kita tidak boleh main-main dengan ancaman karhutla. Perlu ada sinergi, disiplin, dan kepedulian semua pihak agar keberhasilan yang kita raih selama ini bisa dipertahankan dan ditingkatkan,” tegas Menteri Raja Juli.
Ia juga mengimbau agar pemerintah daerah, TNI-Polri, serta masyarakat terus meningkatkan patroli terpadu, memperkuat sistem peringatan dini, serta melakukan pengawasan terhadap praktik pembukaan lahan dengan pembakaran.
Dengan kondisi iklim yang terus berubah dan risiko karhutla yang masih ada, upaya pencegahan dan mitigasi menjadi kunci menjaga keselamatan lingkungan, masyarakat, serta reputasi Indonesia di mata dunia. []
Nur Quratul Nabila A