Kampanye Antinarkotika AS Telan 70 Korban Jiwa

WASHINGTON DC – Ketegangan di perairan Karibia kembali meningkat setelah militer Amerika Serikat (AS) melancarkan serangan udara terhadap sebuah kapal yang diklaim sebagai pengangkut narkotika. Menteri Pertahanan AS, Pete Hegseth, menyebut tiga orang tewas dalam operasi tersebut, menambah panjang daftar korban dari kampanye antinarkotika kontroversial yang digagas pemerintahan Presiden Donald Trump.

“Tiga pria teroris narkotika — yang berada di atas kapal tersebut — tewas,” ujar Hegseth dalam unggahannya di platform X, Jumat (07/11/2025). Ia menegaskan bahwa serangan itu dilakukan di wilayah perairan internasional dan menargetkan kapal yang disebut “dioperasikan oleh Organisasi Teroris Terdaftar.”

Rekaman udara yang disebarkan Kementerian Pertahanan AS memperlihatkan kapal tersebut melaju di laut lepas sebelum tiba-tiba meledak dan terbakar hebat. Namun, hingga kini, Washington belum mempublikasikan bukti konkret bahwa kapal-kapal yang diserang benar-benar terlibat dalam aktivitas penyelundupan narkotika.

Sejak awal September, AS melancarkan operasi militer besar-besaran di Karibia dan Pasifik timur dengan dalih pemberantasan jaringan narkotika lintas negara. Berdasarkan laporan internal Pentagon, hingga awal November, setidaknya 18 kapal telah dihancurkan dan 70 orang dilaporkan tewas akibat operasi ini.

“Kepada semua teroris narkotika yang mengancam tanah air kami: jika kalian ingin tetap hidup, hentikan perdagangan narkoba. Jika kalian terus memperdagangkan narkoba yang mematikan — kami akan membunuh kalian,” tegas Hegseth dalam pernyataan bernada kerasnya.

Namun, langkah ini menuai kritik dari berbagai kalangan, termasuk para pengamat kebijakan luar negeri yang menilai tindakan sepihak AS berpotensi melanggar hukum internasional. Pasalnya, sebagian besar serangan dilakukan di perairan internasional tanpa koordinasi dengan otoritas negara-negara Amerika Latin.

Kampanye antinarkotika ini juga menandai peningkatan signifikan kehadiran militer AS di kawasan Amerika Latin. Pemerintahan Trump diketahui telah mengerahkan enam kapal Angkatan Laut di sekitar Karibia, termasuk pesawat tempur siluman F-35 yang ditempatkan di Puerto Riko, serta gugus tugas kapal induk USS Gerald R. Ford yang kini beroperasi di wilayah tersebut.

Langkah itu disebut sebagai bagian dari strategi “pengendalian ancaman lintas batas,” namun di sisi lain dianggap sebagai upaya memperluas pengaruh geopolitik AS di kawasan yang selama ini menjadi titik panas perdagangan narkotika dan rute penyelundupan.

Negara-negara seperti Venezuela dan Kuba bahkan menuduh Washington menggunakan dalih perang melawan narkoba untuk meningkatkan tekanan politik dan militer di wilayah mereka. Meski demikian, Pentagon bersikeras bahwa seluruh operasi dilakukan demi melindungi keamanan nasional AS dan mencegah masuknya narkotika ke wilayah mereka.

Sejumlah organisasi hak asasi manusia juga menyerukan agar pemerintah AS membuka hasil penyelidikan independen atas setiap serangan yang dilakukan. Mereka menilai, minimnya bukti publik dan tidak adanya laporan identitas korban memunculkan pertanyaan besar soal akuntabilitas militer AS.

Hingga kini, pihak Kementerian Pertahanan AS belum menanggapi tuntutan tersebut. Namun, sumber dari Departemen Luar Negeri AS menyebutkan bahwa “semua operasi dijalankan berdasarkan intelijen yang kredibel.”

Sementara itu, situasi di perairan Karibia masih dipantau ketat, dengan beberapa negara tetangga meminta penjelasan diplomatik resmi dari Washington terkait insiden yang terjadi di wilayah yang mereka anggap sensitif secara hukum internasional. []

Siti Sholehah.

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *