Kanselir Merz Nilai 2026 Bisa Jadi Titik Balik Jerman

BERLIN – Kanselir Jerman Friedrich Merz memanfaatkan pidato Tahun Baru pertamanya untuk menyampaikan refleksi atas situasi global dan domestik yang dihadapi negaranya, sekaligus memaparkan arah kebijakan pemerintahannya dalam menghadapi tantangan geopolitik, ekonomi, dan sosial yang kian kompleks. Dalam pidato yang disiarkan televisi tersebut, Merz menegaskan bahwa Jerman berada di titik krusial yang menuntut kepemimpinan tegas dan reformasi berkelanjutan.

Mengawali pidatonya, Merz mengingat kembali pemilu dini pada 23 Februari 2025 yang mengantarkannya ke kursi kanselir, menggantikan Olaf Scholz dan koalisi Sosial Demokrat. Ia menyebut momen tersebut sebagai tonggak penting bagi arah politik Jerman ke depan.

“Pada hari itu, Anda, warga negara, menentukan masa depan politik negeri kita. Pemerintah Federal baru dibentuk, yang bertekad mengarahkan Jerman ke jalur yang benar dengan determinasi dan arah yang jelas,” kata Kanselir Jerman Friedrich Merz dalam kutipan pidato yang dilihat DW.

Meski demikian, Merz secara terbuka mengakui bahwa mandat tersebut tidak mudah dijalankan. Menurutnya, sepanjang 2025 Jerman dihadapkan pada rangkaian persoalan besar yang saling berkaitan, mulai dari konflik geopolitik hingga tekanan ekonomi global.

“Sebuah perang mengerikan sedang berkecamuk di Eropa, mengancam langsung kebebasan dan keamanan kita. Ekonomi kita berada di bawah tekanan karena diperlukan adanya reformasi, tingginya biaya, serta konflik perdagangan global. Selain itu, teknologi baru sedang merevolusi dunia kerja dan cara kita hidup bersama,” ujar Merz.

Merz menekankan bahwa inti dari agenda pemerintahannya adalah memperbarui fondasi negara, terutama dalam hal kebebasan, keamanan, dan kemakmuran. Ia menilai pembaruan tersebut hanya dapat dicapai apabila stabilitas dan perdamaian di Eropa tetap terjaga, sembari menyoroti kondisi Ukraina yang memasuki tahun keempat perang.

Ia menegaskan bahwa konflik di Ukraina bukanlah persoalan jauh yang tidak berdampak pada Jerman.

“Pada akhirnya, kita semakin jelas melihat bahwa agresi Rusia dulu dan sekarang menjadi bagian dari rencana yang ditujukan terhadap seluruh Eropa,” jelasnya. “Jerman juga menghadapi sabotase, spionase, dan serangan siber setiap hari.”

Dalam konteks itu, Merz menggarisbawahi rencana peningkatan anggaran pertahanan, termasuk wacana layanan militer sukarela dan reformasi konstitusi guna memungkinkan pembiayaan pertahanan yang lebih besar. Ia juga menyinggung perubahan dinamika hubungan dengan Amerika Serikat seiring kembalinya Donald Trump ke Gedung Putih.

“Pada saat yang sama, kemitraan kita dengan Amerika Serikat, yang selama ini menjadi penjamin keamanan yang dapat kita diandalkan, sedang berubah,” ujar Merz. “Bagi kita orang Eropa, ini berarti kita harus mempertahankan dan memperjuangkan kepentingan kita dengan lebih kuat secara mandiri.”

Di bidang ekonomi, Merz menyoroti meningkatnya proteksionisme global dan ketergantungan strategis Jerman terhadap bahan baku. Ia menyebut kondisi tersebut memberi tekanan besar bagi negara eksportir seperti Jerman, termasuk industri otomotif.

“Ketergantungan strategis Jerman pada bahan baku semakin digunakan sebagai alat politik melawan kepentingan kita,” terangnya.

Selain isu eksternal, Merz juga menyinggung persoalan domestik yang selama ini tertunda, seperti reformasi birokrasi, sistem pensiun, dan kebijakan migrasi. Ia menyebut penuaan populasi sebagai tantangan serius yang memerlukan keseimbangan baru dalam sistem jaminan sosial.

Merz menegaskan bahwa pemerintahannya berupaya membuka jalur migrasi legal sambil menutup jalur ilegal.

“Bagi kami, kemanusiaan dan ketertiban adalah dua sisi mata uang yang sama,” paparnya.

Menutup pidato, Merz mengakui kekecewaan publik terhadap capaian pemerintah sejauh ini.

“Kemudian, saya ingin mengatakan kepada Anda bahwa Anda benar! Itu tidak cukup,” tegas Merz.

Namun, ia optimistis bahwa reformasi yang tengah berjalan akan membuahkan hasil dan menjadikan 2026 sebagai titik awal kebangkitan baru bagi Jerman.

“Kita bukan korban keadaan eksternal. Kita tidak berada di bawah belas kasihan kekuatan besar. Tangan kita tidak terikat,” pungkas Merz. []

Siti Sholehah.

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *