Kebakaran Hanguskan Deretan Rumah Semipermanen di Gunung Sahari

JAKARTA – Kebakaran hebat melanda kawasan padat penduduk di Jalan Gunung Sahari 1, Senen, Jakarta Pusat, Senin (15/09/2025) dini hari. Peristiwa ini kembali menyoroti betapa rentannya permukiman semipermanen terhadap bencana, terutama dengan kondisi bangunan yang rapat, material mudah terbakar, serta akses jalan yang terbatas.
Api dilaporkan bermula dari salah satu rumah warga sebelum merambat dengan cepat ke bangunan lain. Deretan rumah semipermanen yang mayoritas berdinding kayu dan tripleks membuat kobaran api kian sulit dikendalikan. Ditambah dengan tiupan angin, api langsung membesar dan menghanguskan sejumlah rumah dalam waktu singkat.
Kepanikan pun melanda warga. Banyak yang berhamburan keluar rumah hanya dengan pakaian seadanya demi menyelamatkan diri. Barang berharga sebagian besar tak sempat diselamatkan.
“Saya tahu karena ada warga teriak, terus ada bunyi ledakan. Panik karena apinya besar,” ujar Rika, salah seorang penghuni indekos yang turut terbakar.
Petugas pemadam kebakaran yang tiba di lokasi berjuang keras menjinakkan api. Namun, akses menuju titik kebakaran menjadi hambatan utama. Jalan yang sempit dan padat membuat kendaraan damkar tidak leluasa bergerak. Kendati demikian, puluhan personel terus berjibaku agar api tidak meluas lebih jauh ke permukiman sekitar.
Hingga kini, penyebab pasti kebakaran masih dalam penyelidikan pihak berwenang. Dugaan sementara mengarah pada korsleting listrik, salah satu penyebab kebakaran yang paling sering terjadi di permukiman padat. Kondisi jaringan listrik yang semrawut, ditambah penggunaan kabel dan instalasi yang tidak standar, sering kali menjadi faktor risiko yang jarang diantisipasi warga.
Kebakaran di Gunung Sahari bukanlah yang pertama di wilayah Jakarta Pusat. Peristiwa serupa kerap terjadi di kawasan padat yang dihuni warga berpenghasilan rendah. Selain menimbulkan kerugian materi, kebakaran semacam ini juga memunculkan persoalan lanjutan, seperti kehilangan tempat tinggal, trauma warga, serta beban tambahan bagi pemerintah daerah dalam menyiapkan tempat pengungsian sementara.
Tragedi ini menjadi pengingat pentingnya perhatian serius terhadap perbaikan tata ruang permukiman. Penataan kembali kawasan padat, penerapan standar instalasi listrik, hingga penyediaan akses jalan yang memadai bagi kendaraan darurat, menjadi kebutuhan mendesak. Tanpa langkah antisipatif, kebakaran serupa berpotensi kembali berulang.
Di balik asap yang mengepul, tersisa cerita duka bagi warga yang rumahnya ludes terbakar. Bagi sebagian dari mereka, api bukan hanya melahap bangunan, tetapi juga menghanguskan harapan dan usaha yang telah dibangun bertahun-tahun. []
Diyan Febriana Citra.