Kebakaran Hutan di Jepang Meluas ke Dua Prefektur, Ribuan Warga Mengungsi

JAKARTA – Jepang kembali menghadapi bencana kebakaran hutan yang meluas hingga ke dua prefektur di wilayah barat negara tersebut. Kebakaran yang terjadi sejak pekan lalu terus berkobar hingga Senin (24/3/2025) waktu setempat, mengancam pemukiman dan memaksa ribuan warga mengungsi.
Kebakaran pertama kali terdeteksi di Kota Minami, Prefektur Okayama, pada Senin pagi dan dengan cepat menyebar ke berbagai wilayah, termasuk kawasan perumahan yang berada di lembah pegunungan.
Berdasarkan laporan NHK, api terus berkobar selama lebih dari 20 jam, menghanguskan sekitar 250 hektare lahan hingga pukul 10.00 waktu setempat. Meski demikian, hingga kini belum ada laporan mengenai korban luka akibat kebakaran tersebut.
Petugas pemadam kebakaran terus berupaya memadamkan api yang semakin meluas. Selain di Prefektur Okayama, kebakaran juga menjalar ke Prefektur Ehime, tepatnya di Kota Imabari. Asap tebal tampak mengepul di wilayah hutan sebelah utara Kota Ofunato, memperburuk kondisi udara di sekitarnya.
Menurut Departemen Kebakaran dan Bencana Jepang, total luas lahan yang terbakar telah mencapai sekitar 2.600 hektare, menjadikannya kebakaran hutan terbesar di Jepang sejak 1975.
Sebagai perbandingan, luas lahan yang terbakar tersebut lebih dari tujuh kali lipat luas Central Park di New York. Kebakaran hutan terburuk sebelumnya terjadi di Kushiro, Pulau Hokkaido, yang menghanguskan sekitar 2.700 hektare hutan.
Para ahli menyebut bahwa kebakaran ini kemungkinan besar dipicu oleh suhu panas ekstrem yang melanda Jepang dalam beberapa waktu terakhir. Musim panas tahun lalu mencatatkan rekor suhu tertinggi dalam sejarah, yang diyakini sebagai dampak dari perubahan iklim yang menyebabkan peningkatan suhu global.
Sejumlah wilayah telah menetapkan status siaga, sementara pihak berwenang terus melakukan evakuasi dan pemadaman guna mencegah kebakaran semakin meluas. Pemerintah Jepang juga mengimbau masyarakat agar tetap waspada dan mengikuti instruksi dari petugas terkait untuk menghindari risiko lebih besar akibat bencana ini. []
Nur Quratul Nabila A