Kegempaan Tinggi, Lewotobi Masih Berbahaya
JAKARTA — Aktivitas vulkanik Gunung Lewotobi Laki-laki di Kabupaten Flores Timur, Nusa Tenggara Timur (NTT), menunjukkan peningkatan yang dinilai signifikan oleh Badan Geologi Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM). Kondisi tersebut membuat status gunung tetap berada pada Level IV atau Awas, level tertinggi dalam sistem pemantauan gunung api di Indonesia.
Pelaksana Tugas Kepala Badan Geologi, Lana Saria, menegaskan bahwa pemantauan visual dan instrumental yang dilakukan hingga 1 Desember 2025 mengindikasikan potensi erupsi masih cukup besar. “Berdasarkan analisis visual dan instrumental tersebut, tingkat aktivitas Gunung Lewotobi Laki-laki masih ditetapkan pada Level IV (AWAS),” ujarnya, dikutip Antara, Selasa (02/12/2025).
Dalam laporannya, Lana menjelaskan bahwa kondisi visual gunung berubah-ubah, dari terlihat jelas hingga tertutup kabut tebal. Asap kawah utama terekam berwarna putih dengan intensitas tipis hingga tebal, membumbung setinggi 50–200 meter dari puncak. Situasi cuaca pun bervariasi dari cerah hingga hujan, dengan arah angin dominan menuju utara, timur laut, barat daya, barat, dan barat laut. Suhu udara tercatat pada kisaran 21–33 derajat Celcius.
Dari sisi kegempaan, aktivitas dalam dua hari terakhir menunjukkan dinamika yang mengkhawatirkan. Tercatat 33 kali gempa tremor non-harmonik, 6 kali gempa low frequency, 9 gempa vulkanik dalam, serta sejumlah gempa tektonik lokal dan jauh. Meskipun hingga 1 Desember pukul 12.00 WITA belum terdeteksi adanya erupsi baru, jejak aktivitas di bawah permukaan mengindikasikan suplai magma masih berlangsung. Aktivitas low frequency menguatkan dugaan pergerakan magma menuju permukaan.
Pengamatan deformasi menggunakan tiltmeter juga menunjukkan adanya akumulasi tekanan pada sumbu X. Di sisi lain, data GNSS masih memperlihatkan fluktuasi komponen vertikal sepanjang pekan terakhir, mempertegas bahwa potensi erupsi tetap terbuka.
Badan Geologi menegaskan agar masyarakat dan wisatawan tidak memasuki radius 6 km dari pusat erupsi serta 7 km sektoral pada arah barat laut–timur laut. Masyarakat diminta tetap mengikuti arahan pemerintah dan tidak mudah terpengaruh informasi yang tidak jelas asal-usulnya.
Potensi bahaya lainnya adalah banjir lahar apabila hujan deras terjadi di wilayah hulu sungai yang bersumber dari puncak Lewotobi Laki-laki, seperti Nawakote, Dulipali, Nobo, Hokeng Jaya, dan Nurabelen. Warga yang terdampak hujan abu disarankan menggunakan masker untuk melindungi saluran napas, mengingat abu vulkanik juga dapat mengganggu aktivitas bandara dan jalur penerbangan.
Dengan kondisi masih fluktuatif, pemerintah meminta seluruh warga tetap siaga dan memantau informasi resmi agar dapat melakukan langkah mitigasi secara cepat dan tepat. []
Siti Sholehah.
