Kekerasan Geng Diduga Picu Temuan 12 Mayat di Guatemala
GUATEMALA – Aparat keamanan Guatemala kembali dihadapkan pada realitas suram tingginya kekerasan kriminal setelah ditemukannya sedikitnya 12 jasad manusia di kawasan hutan pinggiran Guatemala City. Temuan tersebut semakin menegaskan persoalan serius keamanan publik di negara Amerika Tengah itu, yang selama bertahun-tahun bergulat dengan aksi brutal geng kriminal bersenjata.
Penemuan jasad-jasad tersebut berlangsung secara bertahap dalam kurun waktu tiga hari di sebuah kawasan hutan yang diketahui kerap dijadikan lokasi pembuangan korban kejahatan. Informasi awal disampaikan oleh dinas pemadam kebakaran setempat dan diperkuat oleh laporan media lokal. Otoritas menduga kuat bahwa kasus ini berkaitan dengan konflik antar-geng yang berebut wilayah dan kendali aktivitas ilegal.
Juru bicara dinas pemadam kebakaran Guatemala City, Hans Lemus, mengungkapkan bahwa proses penemuan mayat berlangsung sejak akhir pekan lalu. Dua jasad pertama ditemukan pada Jumat (19/12/2025) waktu setempat, disusul temuan tambahan pada hari-hari berikutnya.
“Dua mayat di antaranya ditemukan pada Jumat (19/12/2025) waktu setempat, kemudian tiga mayat lainnya beserta kerangka manusia ditemukan pada Sabtu (20/12/2025) waktu setempat,” kata Hans Lemus kepada wartawan.
Pencarian kemudian dilanjutkan oleh aparat gabungan dengan melibatkan anjing pelacak. Pada Minggu (21/12/2025), upaya tersebut kembali membuahkan hasil dengan ditemukannya enam jasad lain, termasuk sejumlah bagian tubuh manusia yang dibungkus kain dan kantong plastik. Kondisi tersebut memperlihatkan indikasi kuat bahwa korban-korban mengalami tindak kekerasan serius sebelum dibuang secara sengaja untuk menghilangkan jejak.
Hingga kini, identitas para korban belum diumumkan ke publik. Otoritas setempat masih melakukan proses identifikasi forensik untuk memastikan jumlah pasti korban serta latar belakang mereka. Langkah ini dinilai penting mengingat sebagian temuan berupa kerangka dan potongan tubuh, yang memerlukan pemeriksaan lebih mendalam.
Kementerian Dalam Negeri Guatemala menyatakan bahwa temuan tersebut diduga berkaitan dengan kasus pembunuhan yang melibatkan kelompok kriminal terorganisasi. Dalam pernyataannya kepada wartawan, kementerian menegaskan bahwa wilayah tempat ditemukannya jasad merupakan area rawan yang sering dijadikan arena konflik antar-geng.
Guatemala selama ini dikenal sebagai salah satu negara dengan tingkat kekerasan geng tertinggi di kawasan. Dua kelompok kriminal paling dominan, yakni Barrio 18 dan Mara Salvatrucha (MS-13), kerap terlibat bentrokan berdarah untuk menguasai wilayah, jalur distribusi narkoba, serta praktik pemerasan terhadap pelaku usaha. Kedua geng tersebut bahkan telah ditetapkan sebagai organisasi teroris oleh pemerintah Guatemala dan Amerika Serikat.
Temuan banyak jasad dalam satu lokasi bukanlah peristiwa yang sepenuhnya baru di negara ini. Pada Oktober lalu, tim penyelamat menemukan sedikitnya sembilan mayat di bawah sebuah jembatan di kota Palencia, yang juga berada tak jauh dari Guatemala City. Pola kejadian ini menunjukkan adanya praktik sistematis pembuangan korban oleh kelompok kriminal.
Data resmi menunjukkan bahwa hampir separuh tindak kekerasan di Guatemala berkaitan langsung dengan aktivitas pengedar narkoba dan geng kriminal. Praktik pemerasan, pembunuhan, dan penguasaan wilayah menjadi bagian dari keseharian masyarakat di sejumlah daerah rawan.
Guatemala menutup tahun lalu dengan tingkat pembunuhan mencapai 16,1 per 100.000 penduduk, angka yang lebih dari dua kali lipat rata-rata global. Kondisi ini mendorong pemerintah untuk terus meningkatkan operasi keamanan, meski tantangan besar masih membayangi upaya pemberantasan kejahatan terorganisasi di negara tersebut. []
Siti Sholehah.
