Kekurangan Dokter Spesialis, Masyarakat Perbatasan Pilih Berobat Ke Malaysia

KEKURANGAN FOKTER SPESIALIS : RSUD Badau Sanggau kekurangan dokter spesialis, akibatnya warga perbatasan bayak berobat ke negara tetangga Malaysia. (Foto : Istimewa)
KAPUAS HULU, PRUDENSI.COM-Rumah Sakit Umum Daerah (RSUD) Badau yang berada di perbatasan Indonesia-Malaysia hingga saat ini tidak memiliki dokter spesialis. Akibatnya pun banyak masyarakat perbatasan lebih memilih berobat ke Malaysia ketimbang Indonesia.
“Tidak adanya dokter spesialis, masyarakat perbatasan memilih berobat ke negeri seberang. Karena untuk berobat ke pusat ibukota terlalu jauh,” katanya Zainudin Direktur RSUD Badau, Rabu (9/4/2025).
Mantan Wakil Direktur RSUD Ahmad Diponegoro Putussibau ini mengatakan, saat ini RSUD Badau hanya memiliki dua dokter umum saja.
“Dulu kita ada dokter spesialis anak, tapi masa tugasnya sudah selesai, dia pun kembali ke tempat asalnya,” ujarnya.
Zainudin mengatakan, dengan kosongnya dokter spesialis di RSUD Badau cukup berdampak terhadap pelayanan kesehatan masyarakat di daerah perbatasan.
“Dokter spesialis yang kita butuhkan itu ada empat yakni dokter spesialis penyakit dalam, spesialis bedah, spesialis kandungan hingga dokter spesialis anak. Tapi yang paling urgen kita butuh dokter spesialis penyakit dalam,” harapnya.
Zainuddin mengungkapkan, selama ini pihaknya juga sudah berupaya bagaimana mendatangkan dokter spesialis ke RSUD Badau ini. Salah satunya melalui usulan melalui Dinas Kesehatan Kapuas Hulu.
“Namun kita tidak tahu kenapa peminat dokter spesialis untuk bertugas di RSUD Badau ini tidak ada,” ucapnya.
Bahkan kata Zainudin, pihak rumah sakit pernah mengajukan permohonan kepada Pemrov Kalbar melalui Bupati Kapuas Hulu untuk mendapatkan fasilitas bagi dokter spesialis berupa mobil dan rumah dinas namun hingga hari ini belum terakomodir.
“Tak hanya itu Rumah Sakit Badau juga hingga hari ini tidak ada kerjasama dengan BPJS Kesehatan karena tidak memiliki dokter spesialis. Karena syarat kerjasama dengan BPJS Kesehatan itu minimal harus ada dokter spesialis,” ungkapnya.
Untuk itu Zainudin sangat berharap agar Pemerintah Kabupaten, provinsi hingga pusat dapat memperhatikan RSUD Badau ini, terutama masalah infrastruktur dan SDM-nya.
“Mohon perhatian pemerintah perhatikan infrastruktur dan SDM RSUD Badau. Banyak yang harus dibenahi di sini mulai dari Alkes dan obat bat-obatan. Belum lagi saat ini adanya efesiensi anggaran, RSUD Badau hanya mengelola anggaran sebesar RP150 juta, jauh menurun ketimbang tahun lalu yang mencapai Rp600 juta,” pungkasnya.(rac)