Kekurangan Guru Pendidikan Luar Biasa di SLB Jawa Tengah Kian Mendesak

SEMARANG — Dinas Pendidikan dan Kebudayaan (Disdikbud) Provinsi Jawa Tengah mengungkapkan adanya kekurangan guru dengan latar belakang pendidikan luar biasa (PLB) di Sekolah Luar Biasa (SLB), terutama untuk mata pelajaran tertentu.

Hal ini dinilai berdampak serius terhadap kualitas layanan pendidikan bagi peserta didik berkebutuhan khusus.

Kepala Disdikbud Jateng, Sadimin, menyatakan bahwa jumlah guru lulusan jurusan PLB sangat terbatas, sehingga banyak posisi pengajar diisi oleh lulusan pendidikan umum, seperti Bahasa Indonesia dan Matematika.

Padahal, SLB membutuhkan kompetensi pedagogis khusus yang tidak dimiliki oleh guru umum.

“Untuk mata pelajaran tertentu, kekurangan guru sangat terasa. Apalagi yang di SLB, masih sangat minim guru-guru dari jurusan pendidikan luar biasa,” ujar Sadimin saat ditemui di kantornya, Kamis (7/8/2025).

Ia menjelaskan bahwa rasio ideal guru dan siswa di SLB seharusnya satu guru menangani lima murid.

Namun, di banyak sekolah, satu guru bisa menangani tujuh hingga sepuluh siswa karena keterbatasan tenaga pengajar.

Lebih lanjut, Sadimin mengungkapkan bahwa banyak guru berlatar belakang pendidikan umum yang sebelumnya ditempatkan di SLB justru beralih ke jenjang SMA atau SMK setelah lolos seleksi Pegawai Pemerintah dengan Perjanjian Kerja (PPPK).

Perpindahan tersebut memperparah kekosongan guru di SLB.

Selain kekurangan guru, Disdikbud juga menghadapi tantangan minimnya minat guru untuk mengikuti seleksi kepala sekolah SLB.

Menurut Sadimin, banyak guru merasa enggan mendaftar karena khawatir akan ditempatkan di wilayah terpencil.

“Kalau diminta ikut seleksi kepala sekolah SLB, banyak yang tidak semangat. Kekhawatirannya, nanti malah ditempatkan di lokasi yang jauh dari pusat kota,” tuturnya.

Permasalahan serupa juga terjadi dalam hal pengawasan. Jumlah pengawas pendidikan khusus untuk SLB di Jawa Tengah masih belum mencukupi, padahal posisi tersebut penting dalam menjamin kualitas dan standar pendidikan inklusif di tiap satuan pendidikan.

Sebagai langkah mitigasi jangka pendek, Disdikbud Jateng telah menjalin kerja sama dengan Universitas Sebelas Maret (UNS) Surakarta.

Mahasiswa Program Studi Pendidikan Luar Biasa dari kampus tersebut diharapkan dapat menjalani Praktik Pengalaman Lapangan (PPL) di SLB yang tersebar di wilayah Jawa Tengah.

“Dengan adanya mahasiswa PLB yang magang, kita terbantu. Minimal untuk mendukung proses pembelajaran di SLB sambil menunggu penambahan guru yang sesuai kualifikasi,” pungkas Sadimin.

Kondisi ini mencerminkan pentingnya perhatian lebih besar terhadap pendidikan inklusif, terutama dalam hal penyediaan tenaga pengajar yang profesional dan berkomitmen melayani peserta didik berkebutuhan khusus. []

Nur Quratul Nabila A

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *