Kirab Manten Sunat Meriahkan Kampung Tambakrejo Semarang

SEMARANG — Di tengah derasnya arus globalisasi dan budaya populer dari luar negeri, warga Kampung Tanggungrejo, Kelurahan Tambakrejo, Kecamatan Gayamsari, Kota Semarang, tetap setia merawat tradisi lokal.
Salah satu bentuk pelestarian budaya tersebut terlihat dari kirab manten sunat yang digelar meriah pada Jumat (13/6/2025) siang.
Kirab diadakan untuk merayakan khitanan dua bersaudara, Arkana Kenzo (6) dan Rahmadhiyva (10), putra dari pasangan Isafiono dan Darwati. Pukul 14.00 WIB, warga dari berbagai usia berkumpul di kediaman keluarga tersebut di Tanggungrejo II untuk menyaksikan prosesi yang sarat simbol budaya.
Dalam kirab tersebut, Kenzo dan kakaknya tampil bak raja dan ratu kecil. Keduanya menunggangi kuda, diiringi irama semangat dari drumband mayoret, serta barisan santri TPQ Al-Ikhlas Tambakrejo yang membawa payung besar dan kembang manggar berisi uang receh.
Warga tampak antusias mengabadikan momen tersebut, anak-anak pun berebut kembang manggar sebagai bagian dari tradisi.
Rute kirab dimulai dari Tanggungrejo II, melewati Tanggungrejo IV, lalu menuju TPQ Al-Ikhlas di Tanggungrejo I. Di sana, Kenzo disambut penabuh rebana, disuguhi teh hangat oleh pengajar, lalu didoakan bersama oleh para santri dan ustaz.
Prosesi kemudian dilanjutkan menyusuri kawasan Kelurahan Tambakrejo, termasuk Jalan Purwosari Raya, Kaligawe Raya, dan Jalan Masjid Terboyo. Acara ditutup dengan pengajian di kediaman keluarga Kenzo.
Darwati, sang ibu, mengungkapkan bahwa putranya telah menjalani khitan satu tahun lalu. Keinginan kuat Kenzo untuk dikhitan muncul setelah menonton serial kartun Upin & Ipin.
“Terus ditegur oleh pakdenya, ayo kamu berani sunat nggak? Sorenya, ayahnya pulang kerja langsung panggilkan dokter dari RS Kariadi untuk sunat,” ujarnya.
Namun lebih dari sekadar khitan, impian Kenzo adalah dikirab naik kuda, seperti tradisi yang sering ia lihat.
“Saya nggak takut sunat, karena saya pengin kirab naik kuda,” celetuk Kenzo polos.
Harapan itu baru terwujud tepat setahun kemudian. Dalam momen yang sama, sang kakak Dhyva pun turut serta dalam kirab.
“Semoga anak-anakku menjadi anak yang saleh dan salihah,” ucap Darwati haru.
Siti Saroh, pengasuh TPQ Al-Ikhlas Tambakrejo, menyambut positif upaya keluarga tersebut dalam menjaga tradisi manten sunat. Menurutnya, kegiatan seperti ini bukan hanya menghibur, tetapi juga menjadi bentuk syiar Islam yang membumi.
“Anak-anak jadi lebih semangat mengaji karena melihat suasana meriah seperti ini. Selain itu, tradisi ini juga menjadi doa bersama untuk keselamatan kampung kami,” jelasnya.
Kirab manten sunat merupakan salah satu wujud kearifan lokal masyarakat Semarang, yang meski sederhana, tetap memiliki makna mendalam tentang rasa syukur, kebersamaan, dan pendidikan karakter anak. []
Nur Quratul Nabila