Kisah Ahmed, Pria yang Menghadang Penembak dengan Tangan Kosong
SYDNEY — Di tengah kepanikan dan dentuman tembakan yang mengguncang kawasan Pantai Bondi, Sydney, sosok warga sipil bernama Ahmed el Ahmed tampil sebagai simbol keberanian yang lahir dari naluri kemanusiaan. Tanpa rompi antipeluru, tanpa senjata, Ahmed memilih mengambil risiko terbesar dalam hidupnya: menghadapi pelaku penembakan massal demi menyelamatkan orang lain.
Insiden penembakan yang terjadi pada Minggu (14/12/2025) waktu setempat itu menewaskan sedikitnya 15 orang dan melukai puluhan lainnya. Di antara kepulan asap, jeritan korban, dan kepanikan massal, Ahmed justru melangkah ke arah berlawanan dari kerumunan. Ia memutuskan mendekati pelaku bersenjata api dengan tangan kosong.
Keputusan itu bukan tanpa ketakutan. Ahmed menyadari sepenuhnya ancaman yang dihadapinya. Bahkan, sebelum bertindak, ia menyampaikan pesan terakhir kepada keluarganya, seolah mengantisipasi kemungkinan terburuk.
Jozay Alkanj, sepupu Ahmed, mengungkapkan bahwa mereka tengah duduk bersama sambil minum kopi ketika suara tembakan terdengar di sekitar Pantai Bondi.
“Dia sangat takut, dan berkata saya akan mati,” tutur Alkanj.
Dalam kondisi penuh tekanan, Ahmed tetap mantap mengambil keputusan. Ia menyampaikan niatnya dengan kalimat yang menggambarkan kesadaran akan risiko sekaligus tekad yang kuat.
“Dia berkata saya akan mati, tolong temui keluarga saya (dan katakan) bahwa saya akan turun untuk menyelamatkan nyawa orang-orang,” ucap Alkanj menceritakan perkataan Ahmed sebelum dia mendekati pelaku untuk merebut senjatanya.
Aksi tersebut akhirnya membuat Ahmed terkena dua tembakan di bagian atas bahu kirinya. Meski demikian, upayanya berhasil menghentikan ancaman yang lebih besar. Ia segera dilarikan ke St George Hospital dan menjalani operasi pengangkatan peluru.
Sepupu lainnya, Mostafa, menyebut Ahmed sebagai sosok ayah dari dua anak yang masih kecil. Ia juga menggambarkan situasi mencekam yang mereka alami saat insiden terjadi.
“Itu sangat gila, kami bersembunyi di balik mobil. Kami melihat orang-orang itu … menembak sangat dekat dengan kami,” ujarnya.
Setelah menjalani operasi, kondisi Ahmed dilaporkan stabil. Mostafa mengatakan para dokter memastikan bahwa Ahmed kini memasuki masa pemulihan.
Ayah Ahmed, yang ditemui wartawan di luar rumah sakit, menyampaikan rasa bangganya terhadap sang putra. Dengan suara bergetar dan menggunakan bahasa Arab, ia menyebut tindakan Ahmed sebagai bentuk pengabdian kemanusiaan yang luar biasa.
“Dia (Ahmed-red) mengatakan dia bersyukur kepada Tuhan karena dia mampu melakukan ini, untuk membantu orang-orang tidak bersalah dan menyelamatkan orang-orang dari monster-monster itu, para pembunuh itu,” kata ayah Ahmed.
“Dia adalah pahlawan,” sebutnya.
Aksi heroik Ahmed yang terekam kamera dan tersebar luas di media sosial memicu gelombang pujian dari berbagai pihak. Masyarakat internasional menilai tindakannya sebagai contoh keberanian sipil yang langka. Presiden Amerika Serikat Donald Trump bahkan menyebut Ahmed sebagai “orang yang sangat, sangat berani” yang telah menyelamatkan banyak nyawa.
Pujian serupa datang dari Premier New South Wales, Chris Minns, yang menyebut Ahmed sebagai “pahlawan sejati” dan menggambarkan rekaman aksinya sebagai “adegan paling luar biasa yang pernah saya lihat”.
Di tengah tragedi berdarah yang mengguncang Australia, kisah Ahmed el Ahmed menjadi pengingat bahwa keberanian tidak selalu lahir dari seragam atau senjata, melainkan dari keberpihakan pada kemanusiaan, bahkan ketika nyawa sendiri menjadi taruhannya. []
Siti Sholehah.
