Kolaborasi Desa dan Komunitas Alam: Purwajaya Siap Unjuk Wisata Unik
KUTAI KARTANEGARA – Desa Purwajaya di Kecamatan Loa Janan, Kabupaten Kutai Kartanegara (Kukar), Provinsi Kalimantan Timur (Kaltim), tengah bersiap mempromosikan dua destinasi wisata baru yang menjanjikan. Kedua objek tersebut, Danau Biru dan fosil pohon berukuran panjang, dinilai mampu menghadirkan pengalaman berbeda bagi para pengunjung sekaligus meningkatkan potensi ekonomi lokal.
Dalam rangka menutup rangkaian perayaan Hari Jadi Desa Purwajaya, pemerintah desa setempat akan berkolaborasi dengan komunitas Jelajah Desa Purwajaya (Japur) pada 9 November 2024 mendatang. Japur dikenal sebagai komunitas penggemar olahraga trail yang mencintai alam, dan aksi kolaboratif ini diharapkan memperluas cakupan promosi destinasi wisata yang dimiliki oleh desa tersebut.
Kepala Desa Purwajaya, Adi Sucipto, mengungkapkan harapannya agar melalui kerja sama ini, potensi wisata di wilayahnya dapat semakin dikenal luas. Ia menilai momentum Hari Jadi Desa Purwajaya merupakan saat yang tepat untuk memperkenalkan kekayaan alam yang dimiliki.
“Dalam momentum hari jadi ini, merupakan saat yang tepat untuk memperkenalkan destinasi wisata yang berada di Purwajaya,” ungkapnya melalui sambungan telepon, Jumat (01/11/2024).
Danau Biru, yang terletak di RT 14 Purwajaya, menawarkan keunikan tersendiri. Kawasan di sekitar danau tersebut telah dilengkapi jalur perjalanan (trek) yang ramah bagi pengunjung, ditambah fasilitas pendukung yang memadai. Semua ini ditujukan agar wisatawan dapat menikmati pemandangan danau dengan rasa aman serta nyaman.
Sementara itu, di RT 15 terdapat fosil pohon yang panjangnya mencapai sekitar 28 meter, dengan diameter mencapai 120 sentimeter. Fosil ini dianggap sebagai salah satu fosil pohon terpanjang di dunia, bahkan melampaui rekor fosil pohon yang ditemukan di Thailand.
“Ini merupakan salah satu fosil pohon terpanjang yang pernah ada di dunia, melampaui fosil pohon terpanjang yang ada di Thailand. Dan pada saat ini, fosil tersebut masih dalam tahap penelitian lebih lanjut secara intensif,” ungkap Adi Sucipto, menekankan pentingnya penelitian untuk memahami nilai ilmiah fosil tersebut.
Ia berharap dengan memperkenalkan destinasi-destinasi ini, kondisi perekonomian masyarakat sekitar dapat terdorong ke arah yang lebih baik. Selain itu, pengembangan pariwisata diharapkan mampu menciptakan multiplier effect bagi penduduk lokal, terutama dalam membuka peluang usaha baru, seperti penginapan, warung makan, serta jasa pemandu wisata.
“Kita ingin memperkenalkan keindahan alam yang ada di Purwajaya. Dengan begitu, akan lebih banyak orang yang datang, serta akan berdampak positif bagi perekonomian warga masyarakat disini,” tutup Adi Sucipto.
Langkah strategis ini membuktikan bahwa kolaborasi antara pemerintah desa dan komunitas lokal dapat mengoptimalkan potensi wisata, sekaligus menggerakkan roda perekonomian masyarakat secara berkelanjutan. []
Penulis: Slamet/ Penyunting: Sulaiman