Kolombia Sita 14 Ton Kokain, Rekor Terbesar
JAKARTA – Pemerintah Kolombia mengumumkan keberhasilan operasi besar penyitaan kokain seberat 14 ton di pelabuhan Buenaventura, wilayah Pasifik, yang dikenal sebagai jalur strategis peredaran narkotika. Temuan ini menjadi penyitaan terbesar dalam satu dekade terakhir oleh otoritas Kolombia, sekaligus menjadi sorotan internasional karena terjadi di tengah memanasnya hubungan diplomatik dengan Amerika Serikat (AS).
Kementerian Pertahanan Kolombia dalam pernyataan resminya melalui platform X menyebut, kokain tersebut ditemukan di dalam sebuah gudang yang berada di area pelabuhan utama. “Kokain disimpan dalam puluhan karung, masing-masing seberat 50 kilogram, dan disamarkan dalam campuran plester,” bunyi keterangan resmi tersebut.
Presiden Gustavo Petro mengonfirmasi bahwa operasi tersebut merupakan capaian monumental bagi pemerintahannya. “Itu merupakan penyitaan terbesar oleh Kepolisian Kolombia dalam satu dekade terakhir,” ujar Petro. Ia juga menekankan bahwa operasi ini dilakukan secara bersih tanpa menimbulkan korban jiwa. “Operasi penyitaan narkoba itu dilakukan tanpa satu pun kematian,” tambahnya.
Buenaventura selama ini dikenal sebagai titik pengiriman utama narkoba produksi Kolombia ke pasar internasional, terutama menuju Amerika Utara dan Eropa. Pelabuhan tersebut kerap menjadi jalur keluar utama bagi kartel narkoba terbesar di negara itu.
Penyitaan besar-besaran ini terjadi di tengah ketegangan diplomatik antara Kolombia dan AS. Washington sebelumnya mengkritik kebijakan antinarkoba pemerintah Petro yang dinilai tidak cukup agresif. Gedung Putih bahkan mengancam akan menjatuhkan sanksi finansial dan mencoret Kolombia dari daftar sekutu dalam perang melawan narkoba. Presiden Petro menilai langkah tersebut sebagai bentuk tekanan politik yang tidak adil.
Petro juga secara terbuka mengecam pendekatan antinarkoba yang diusung Presiden AS Donald Trump, terutama kebijakan pengeboman kapal yang diduga membawa narkoba di wilayah Karibia dan Pasifik. Ia menyebut kebijakan itu sebagai “eksekusi mati di luar hukum”.
Meskipun menuai kritik, Kolombia secara konsisten mencatat peningkatan penyitaan narkoba dalam beberapa tahun terakhir. Namun, data Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB) pada 2023 menunjukkan bahwa negara itu masih menjadi produsen kokain terbesar dunia, dengan sekitar 253.000 hektare lahan budidaya daun koka dan sedikitnya 2.600 ton kokain diproduksi secara ilegal.
Di akhir masa jabatannya yang tinggal sembilan bulan, Petro berupaya menegaskan bahwa pemerintahannya tetap berkomitmen dalam memerangi perdagangan narkoba, dengan pendekatan yang lebih humanis dan mengedepankan reformasi sosial, bukan hanya operasi militer. []
Siti Sholehah.
