Konflik Manusia dan Gajah Meningkat di Sumatera

PEKANBARU – Dua peristiwa berbeda yang melibatkan gajah liar kembali menyoroti meningkatnya konflik antara manusia dan satwa di wilayah Sumatera. Seorang siswi sekolah dasar di Pekanbaru menjadi korban serangan gajah liar, sementara warga di Kabupaten Ogan Komering Ulu (OKU) Selatan, Sumatera Selatan, dibuat resah karena kawanan gajah kembali merusak kebun dan mendekati permukiman.

Kejadian pertama terjadi di kawasan Muara Fajar, Kelurahan Rantau Panjang, Kecamatan Rumbai, Pekanbaru, pada Kamis (30/10/2025) subuh. Seorang bocah perempuan berusia 9 tahun mengalami luka serius setelah diduga diserang gajah liar. Video yang beredar memperlihatkan kondisi korban dengan wajah berdarah dan tubuh penuh luka, menangis kesakitan sebelum akhirnya dilarikan ke RSUD Arifin Ahmad Pekanbaru untuk mendapatkan perawatan intensif.

Hingga kini, pihak berwenang masih menelusuri kronologi lengkap kejadian tersebut. Beberapa warga menduga korban sempat ditendang oleh gajah yang muncul di sekitar permukiman. “Tim sudah mendatangi lokasi untuk penanganan setelah kami terima laporan. Gajah sudah tidak ada lagi di lokasi, sudah menjauh sekitar 5 kilometer,” ujar Kabid Teknis Balai Besar Konservasi Sumber Daya Alam (BBKSDA) Riau, Ujang Holisudin.

Sementara itu, keresahan serupa juga dialami masyarakat Desa Sinar Danau, Kecamatan Buana Pemaca, OKU Selatan. Gajah liar kembali turun dari kawasan hutan dan merusak kebun pisang milik warga di Dusun Airputih, Selasa malam (28/10/2025). Puluhan pohon pisang dilaporkan roboh dan rusak berat, serta ditemukan jejak dan kotoran gajah di sekitar area tersebut.

Peristiwa itu sempat viral di media sosial setelah diunggah oleh akun Instagram @mithaapriyanti_, yang menulis keluhan atas kerusakan kebun pribadinya sekaligus kekhawatiran warga. “Astaghfirullah, kejadian tadi malam… Ini sudah kedua kalinya, kebun pisang punyo ku dewek abis diluluh-lantakkan Mbah Gede,” tulisnya dalam unggahan tersebut. Ia juga menyebut warga kini merasa tidak tenang karena jarak antara kebun dan rumah sangat dekat.

Unggahan tersebut memicu berbagai komentar dari warganet yang mendesak pemerintah untuk turun tangan. Warga menilai laporan sebelumnya tidak mendapat tanggapan berarti. “Kalo laporan cuma disuruh sabar terus, abis pak kebon tanaman kami,” tulis pengguna akun itu menyinggung lambatnya respons pihak berwenang.

Fenomena konflik manusia dan gajah di Sumatera, terutama di daerah perbatasan hutan seperti Buana Pemaca, bukanlah hal baru. Kawasan tersebut diketahui sebagai jalur lintasan alami gajah dari habitatnya yang terus menyempit akibat alih fungsi lahan. Masyarakat berharap pemerintah daerah bersama BBKSDA dapat segera mengambil langkah konkret, baik dengan patroli, pemetaan jalur migrasi, maupun upaya mitigasi agar serangan serupa tidak terus berulang dan mengancam keselamatan warga. []

Siti Sholehah.

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *