Korban Gempa Myanmar Diprediksi Tembus 10 Ribu, Status Darurat Ditetapkan

JAKARTA – Korban jiwa akibat gempa berkekuatan magnitudo 7,7 yang mengguncang Myanmar pada Jumat (28/3)2025) diperkirakan dapat melampaui 10 ribu orang.
Survei Geologi Amerika Serikat (USGS) mengeluarkan peringatan merah yang menandakan potensi korban jiwa yang tinggi serta kerusakan yang luas akibat bencana ini.
Pada Jumat malam, junta militer Myanmar mengonfirmasi bahwa jumlah korban tewas mencapai 144 orang.
Namun, angka ini masih berpotensi meningkat seiring dengan proses evakuasi dan pembersihan puing-puing yang terus berlangsung.
Gempa dahsyat ini tidak hanya mengguncang Myanmar, tetapi juga terasa hingga Thailand dan China. Di Bangkok, ibu kota Thailand, serta wilayah selatan negara tersebut, warga berhamburan menyelamatkan diri.
Sementara itu, Pusat Jaringan Gempa China (China Earthquake Networks Center/CENC) melaporkan bahwa getaran juga dirasakan di Provinsi Yunnan, barat daya China.
Menanggapi dampak gempa, junta militer Myanmar menetapkan status darurat di sejumlah wilayah, termasuk Sagaing, Mandalay, Bago, Shan bagian timur, dan Magway.
Selain itu, status darurat juga diberlakukan di Naypyidaw, ibu kota Myanmar, yang menjadi kediaman para pemimpin junta.
Di Thailand, Perdana Menteri Paetongtarn Shinawatra mengumumkan keadaan darurat di Bangkok, sebagaimana dilaporkan oleh AFP.
Langkah ini diambil sebagai respons atas dampak gempa yang menyebabkan kepanikan dan gangguan terhadap layanan publik.
Rumah sakit di Naypyidaw, ibu kota Myanmar, dilaporkan kewalahan menangani korban luka. Bangunan rumah sakit sendiri mengalami kerusakan akibat gempa, dan banyak pasien terlihat berada di luar fasilitas medis karena keterbatasan ruang perawatan.
Dengan kapasitas sekitar 1.000 tempat tidur, rumah sakit tersebut kini penuh sesak dengan korban luka, sementara beberapa pasien terlihat meronta kesakitan di halaman rumah sakit.
Dalam situasi yang semakin genting, junta militer Myanmar meminta bantuan kemanusiaan dari komunitas internasional.
Juru bicara junta, Zaw Min Tun, menyampaikan bahwa Myanmar sangat membutuhkan bantuan medis dan donasi darah bagi para korban, terutama di wilayah Mandalay, Naypyidaw, dan Sagaing.
“Kami berharap komunitas internasional dapat segera memberikan bantuan kemanusiaan untuk menanggulangi dampak gempa ini,” ujar Zaw Min Tun saat mendampingi kepala junta, Min Aung Hlaing, dalam kunjungannya ke rumah sakit di Naypyidaw.
Dengan kondisi yang masih belum stabil, proses pencarian korban dan penyaluran bantuan terus dilakukan di berbagai wilayah terdampak. Pemerintah Myanmar dan Thailand kini tengah berkoordinasi dengan berbagai pihak guna memastikan keselamatan warganya di tengah situasi darurat ini. []
Nur Quratul Nabila A